Novel “Ranah 3 Warna” karya A. Fuadi kembali mencuri perhatian para pembaca dengan penggambaran mendalam tentang cinta, persahabatan, keagamaan dan identitas budaya. Dikenal sebagai bagian dari trilogi “Negeri 5 Menara,” novel ini mengisahkan perjalanan seorang pemuda dari Minangkabau yang berjuang menemukan jati diri di tengah perubahan zaman. Dalam “Ranah 3 Warna,” Fuadi mengeksplorasi tema-tema penting seperti nilai-nilai kehidupan, harapan, dan tantangan yang dihadapi generasi muda. Melalui karakter utamanya, pembaca diajak merasakan kerinduan akan kampung halaman serta bagaimana cara generasi muda zaman menghadapi masalah dan tantangan kehidupan dengan tidak melakukan tindakan yang salah, serta bagaimana peran budaya lokal berperan dalam membentuk identitas individu.
Resensi dari berbagai media menunjukkan bahwa novel ini berhasil menyentuh hati banyak pembaca. Dengan gaya penulisan yang sederhana namun penuh makna, Fuadi berhasil menciptakan narasi yang menginspirasi dan relevan dengan realitas saat ini. Banyak pembaca mengaku terhubung dengan perjuangan karakter dan mendapatkan pelajaran berharga tentang ketekunan dan keberanian. Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi bercerita tentang Alif Fikri, seorang siswa yang berusaha mewujudkan mimpinya untuk kuliah di salah satu universitas di Indonesia dan merantau ke Amerika. Alif Fikri adalah tokoh utama dalam novel tersebut. Hal yang dapat diambil dari tokoh Alif yaitu dia sangat yakin bahwa dia bisa menggapai cita-citanya dengan terus berusaha dan berdoa kepada Allah swt. Alif hanya bermodalkan dua mantra yang didapatnya dari Pondok Madani, yaitu “man jadda wajada” dan “man shabara zhafira”.
“Man jadda wajada” memiliki arti “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil”. Sedangkan “Man shabara zhafira” Memiliki arti “Barangsiapa yang bersabar, maka dia akan beruntung”. Dua mantra itulah yang menjadi pedoman Alif dalam menggapai mimpinya yang tidak mudah. Alif selalu dilanda berbagai tantangan dan masalah, seperti kehilangan ayahnya dan perampokan yang membuatnya kehilangan barang dagangannya. Disisi lain, Alif Alif akhirnya lulus UMPTN dan diterima di jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran Bandung, dengan berbagai usaha dan keyakinannya yang tidak mudah putus asa, Alif mencoba mengikuti program pertukaran pelajar di Kanada dan sampai ke Benua Amerika dan akhirnya dia berhasil.
Novel “Ranah 3 Warna” menyampaikan banyak nasihat dan pelajaran berharga, seperti “Manisnya hidup terasa setelah berlelah-lelah” dari Imam Syafi’i sehingga membuat novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sejak dirilis, “Ranah 3 Warna” telah menjadi bestseller dan terus mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan, termasuk komunitas sastra dan pelajar. Dengan semakin banyaknya respon positif semenjak peluncurannya, membuat novel ini semakin dikenal luas di kalangan pembaca muda. Bahkan sekarang, novel “Ranah 3 Warna” sudah diangkat menjadi film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto pada tahun 2021.