Fazhia Khusnul Azzahra: Membangun Girl Up Unsoed Sebagai Ruang Aman Perempuan di Kampus

Fazhia Khusnul Azzahra, Pendiri Girl Up Unsoed (Foto: Instagram @fazhiaaka)

Purwokerto, 3 September 2025 — Fazhia Khusnul Azzahra, akrab disapa Zhia, lahir di Palembang pada 3 September. Mahasiswi Hubungan Internasional Unsoed angkatan 2022 kini tengah menempuh semester tujuh di FISIP. Zhia memiliki hobi yang terbilang anti-mainstream, yaitu mengikuti lomba. Ia sering berpartisipasi dalam berbagai kompetisi, baik di lingkungan universitas maupun di luar kampus. Selain itu, Zhia memiliki minat yang besar pada isu kesetaraan gender. Ia menyadari bahwa pada tahun 2022, Universitas Jenderal Soedirman belum memiliki organisasi atau wadah khusus untuk memberdayakan perempuan, baik dalam isu kesetaraan gender, kesehatan mental, maupun isu-isu lainnya. Dari kesadaran itu, Zhia ingin sekali mendirikan sebuah organisasi yang mampu membangun atmosfer positif sekaligus ruang aman bagi perempuan.

Bekerja sama dengan sejumlah rekannya, Zhia berhasil mendirikan organisasi pemberdayaan perempuan bernama Girl Up Unsoed pada akhir tahun 2024. Girl Up sendiri merupakan inisiatif dan kampanye dari United Nations Foundation (Yayasan PBB) yang bertujuan mengembangkan kepemimpinan anak perempuan dan mewujudkan kesetaraan gender di seluruh dunia. Organisasi ini berfokus pada pemberdayaan remaja perempuan melalui program-program di bidang kesehatan, pendidikan, keselamatan, kepemimpinan, dan advokasi. Tidak berbeda jauh dari induknya, Girl Up Unsoed juga memiliki tujuan untuk mengembangkan dan memberdayakan perempuan, khususnya di lingkungan kampus. Namun, proses mendirikan Girl Up Unsoed tentu tidak mudah. “Aku ngajuin proposal tuh dari semester 2 dan baru di-accept waktu aku semester 5,” ujar Zhia, Rabu (03/09/2025)

Pengalaman lain yang berkesan bagi Zhia adalah ketika ia berangkat ke Thailand untuk KKN Internasional. Di sana, ia menemukan bahwa kesetaraan gender masih jauh tertinggal dibandingkan Indonesia. “Jadi, di sana tuh aku ditegur. Dibilang kalau perempuan enggak boleh ngomong lebih keras dari laki-laki,” kenangnya. Dari pengalaman tersebut, Zhia semakin terdorong untuk mengampanyekan kesetaraan di wilayah Narathiwat, Pattani, dan Yala.

Fazhia Khusnul Azzahra, Pendiri Girl Up Unsoed (Foto: Instagram @fazhiaaka)

Perjalanan Zhia dalam menggerakkan Girl Up dan mengampanyekan pemberdayaan perempuan  juga penuh tantangan. Menurut Zhia, stereotip di masyarakat masih kuat, termasuk anggapan bahwa kesetaraan gender hanya untuk perempuan. Padahal laki-laki pun bisa terdampak isu kesetaraan. Misalnya, stigma bahwa laki-laki tidak boleh menangis atau terlihat lemah. Karena itu, Zhia terus mendorong agar Girl Up Unsoed bisa menjadi wadah inklusif, terbuka untuk semua gender.

Kerja keras Zhia berbuah manis. Pada 2025, ia terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed dan meraih peringkat kedua. Persiapannya pun singkat, hanya tiga hari, setelah menggantikan delegasi yang mundur. Dalam ajang itu, ia membawa isu Girl Up Unsoed hingga berkolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Banyumas. “Aku selalu bawa Girl Up ke mana-mana karena aku bangga banget dengan apa yang udah aku bangun,” ungkapnya.

Meski aktif organisasi, Zhia tetap mengutamakan akademiknya. Ia hanya memilih organisasi sesuai dengan passion, agar tetap bisa berkembang tanpa merasa tertekan. “Kalau aku ikut organisasi yang aku suka, aku jadi enjoy jalaninnya dan enggak ada pressure buat aku. Jadi, aku bisa memaksimalkan potensi, tapi tetap balance antara akademik dan organisasi,” jelasnya. 

Di balik perjalanan hidupnya, Zhia memiliki sosok inspirasi, yaitu Mbak Ifah, dosen Hubungan Internasional sekaligus pembimbing akademiknya. Mbak Ifah selalu mendukung dan memberi ruang bagi Zhia untuk terus berkembang. Bagi Zhia, orang seperti itulah yang membuat dirinya tidak takut mencoba hal baru.

Tips belajar ala Zhia adalah berani mencoba hal-hal baru, fokus pada satu tujuan, serta meluangkan satu hingga dua hari dalam seminggu untuk mendalami materi kuliah dan mengulang pelajaran. Ia juga berpesan, “Carilah atmosfer yang mendukung kamu untuk berkembang. Percuma kalau kamu punya potensi besar, tapi terbuang sia-sia karena lingkungannya tidak mendukung. Kita nanti seperti berenang sendirian di arus yang besar, tidak ada yang menolong, tidak ada yang menopang, akan terasa berat nantinya.”

Bagi Zhia, setiap kesempatan harus dimanfaatkan untuk terus mengembangkan diri. Menurutnya, hal-hal yang awalnya tidak terpikirkan bisa saja menjadi sesuatu yang baru dan membawa kita lebih jauh. Ke depan, ia berharap Girl Up Unsoed mampu mematahkan stereotip yang ada dan menjadi ruang aman bagi perempuan Unsoed. Lebih dari itu, Zhia juga ingin Girl Up menjadi wadah inklusif, di mana laki-laki pun bisa terlibat aktif dalam menciptakan kesetaraan gender.

Editor: Jawania Wulandari

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *