
PURWOKERTO—Kota ini menjadi saksi bisu perjalanan Pak Agus dalam membangun bisnis kuliner ramesnya. Berbekal pendidikan terakhir di jenjang SMA dan pengalaman bekerja di sebuah hotel yang terletak di Surabaya. Pak Agus, pria asal Purwokerto yang kini berusia 62 tahun, memulai babak baru hidupnya di dunia kuliner sejak tahun 1995.
Beliau memulai usaha hanya dengan bermodalkan nekat dan mental baja. Niat awal ini muncul dari hobinya membuat kue, didukung oleh keahlian yang ia dapatkan dari jurusan tata boga. “Awalnya iseng-iseng buat kue, pas lebaran saya jajakan ke tetangga,” ujar Pak Agus. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kue menjadi modal awal bagi beliau untuk mengambil langkah berikutnya, yaitu menitipkan makanan di sepuluh warung.
Rasa percaya diri yang tumbuh di dalam dirinya membuat Pak Agus memberanikan diri untuk membuka warung tenda di pinggir jalan dengan memanfaatkan lokasi strategis, yaitu berada di dekat salah satu universitas ternama, Universitas Jenderal Soedirman. Beliau tidak sendirian dalam merintis usaha kulinernya sampai bisa sukses seperti sekarang, ada sang istri yang selalu menjadi support system utama dalam mengelola usahanya. Tidak hanya dari sang istri, beliau juga mendapatkan dukungan penuh dari seluruh anggota keluarga.

Dalam kurun waktu satu tahun, usaha milik Pak Agus terus berkembang pesat, dirinya sudah dapat menyewa kontrakan kecil berukuran 4×4 meter. Tujuh tahun kemudian, dengan ketekunan dan motivasi yang kuat, beliau berhasil memiliki ruko sendiri yang menjadikan usahanya kian mapan.
Tantangan terbesar yang dihadapi Pak Agus sebagai perintis usaha kuliner salah satunya adalah modal. Beliau sendiri mulai merintis usahanya benar-benar dari nol, tanpa modal sama sekali. “Modal itu nomor sekian. Yang paling penting itu mental, keberanian untuk bersaing, dan kemampuan untuk menata masa depan,” tegas Pak Agus. Selain modal, gejolak harga bahan pokok juga menjadi kendala lain yang harus ia hadapi.
Meski demikian, beliau tetap menjaga harga jual makanannya agar tetap terjangkau oleh kalangan mahasiswa. Prinsip hidupnya adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membiayai pendidikan anak-anaknya. Kunci keberhasilan dari usahanya didukung oleh keinginan yang kuat dan mental yang tangguh dalam menghadapi tantangan bisnis.
Pak Agus juga menyadari pentingnya tidak bersikap statis dan terus belajar dari orang- orang yang lebih sukses. “Bergaul dengan orang yang lebih sukses itu penting, biar kita bisa belajar trik dan strategi dari mereka,” pesannya.
Pak Agus berpesan untuk para calon pengusaha kuliner agar tidak takut dalam bersaing dengan kompetitor lain. Ia menekankan pentingnya motivasi yang kuat untuk meningkatkan omzet secara bertahap. “Tahun pertama omzetnya 100 ribu, tahun kedua 200 ribu, tahun ketiga meningkat jadi 300 ribu,” tuturnya, memberikan gambaran konkret tentang pentingnya pertumbuhan yang stabil.
Kisahnya menjadi inspirasi bahwa modal bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan dalam merintis sebuah usaha, melainkan keberanian dan semangat pantang menyerah. Dengan tekad kuat, kemauan untuk terus belajar, dan mental yang tangguh, Pak Agus menunjukkan bahwa keterbatasan modal bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan.
Editor: Aufaa Kaamiliyaa Firdausy