Sate Kelinci Nano, Cita Rasa Khas Baturraden yang Jadi Pilihan Wisatawan

Purwokerto – Jika berkunjung ke kawasan wisata Baturraden, jangan heran jika Anda menemukan deretan penjual sate di sekitar pintu masuk. Salah satunya adalah sate kelinci, kuliner yang sudah lama menjadi ciri khas daerah wisata ini.

Salah seorang penjual yang cukup dikenal adalah Nano (55), warga Kemutug Lor, yang setiap malam minggu berjualan di pangkalan dekat pintu masuk 2 Lokawisata Baturraden. Pria yang mulai berdagang sate sejak tahun 2005 ini awalnya hanya menjual sate ayam. Namun, sejak tahun 2010, sate kelinci mulai banyak diminati dan kini menjadi menu andalannya. “Kelinci sudah jadi ciri khas di Baturraden. Kalau dulu saya hanya jual sate ayam, tapi sejak 2010 sate kelinci mulai terkenal. Sekarang banyak yang mencarinya,” tutur Nano.

Daging kelinci yang ia gunakan biasanya didapat dari pemasok lokal di daerah Banteran. Menurutnya, ada perbedaan mencolok antara sate ayam dan kelinci. “Kalau sate kelinci itu lebih keras dibandingkan ayam, kecuali kelinci yang masih muda biasanya lebih lembut. Proses memasaknya juga lebih lama dibanding sate ayam,” jelasnya sambil terus mengipas arang di panggangan.

Sate kelinci disajikan dengan bumbu kacang khas racikan keluarga. Harga satu porsi sate kelinci dibanderol Rp30.000, sedangkan sate ayam dijual seharga Rp20.000. Dalam satu porsi, pembeli mendapatkan sepuluh tusuk sate lengkap dengan ketupat.

Nano menuturkan, pembeli biasanya lebih ramai saat malam liburan, tahun baru, maupun lebaran. Selain wisatawan, pelanggan juga datang dari berbagai daerah sekitar seperti Purbalingga dan Cilacap. Ia berharap usaha yang dikelolanya sendiri ini semakin berkembang. “Harapannya ke depan jualan makin ramai. Selama ini ya jualan sendiri, kalau ada event besar baru jualan juga di rumah,” ujarnya.

Salah satu penikmat sate kelinci, Zaki (22), warga lokal yang ditemui di lokasi, mengaku tertarik mencoba sate kelinci karena kuliner ini dianggap unik dibandingkan dengan kuliner lain. “Menurut saya rasanya tidak terlalu berbeda dengan sate ayam, tapi teksturnya lebih kenyal. Cocok sekali dipadukan dengan bumbu kacang. Harganya juga standar untuk Kawasan wisata,” kata Zaki.

Meski tidak rutin membeli, Zaki mengaku akan merekomendasikan sate kelinci Baturraden kepada teman dan keluarganya. Menurutnya, kuliner ini layak menjadi salah satu pengalaman rasa yang tak terlupakan bagi wisatawan yang datang.

Dengan cita rasa yang khas, tekstur berbeda, dan nuansa wisata yang mendukung, sate kelinci Baturraden terbukti masih menjadi bagian penting dari identitas kuliner lokal. Bagi pengunjung, menyantap sate kelinci sembari menikmati hawa sejuk pegunungan menjadi pengalaman yang sulit dilupakan.

Editor: Wanda Apriliani

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *