sumber: dokumentasi pribadi
PURWOKERTO — Media sosial kini menjadi bagian yang tidak terelakkan dari kehidupan sehari-hari. Sebagai bentuk kemajuan teknologi, media sosial memiliki pengaruh di berbagai bidang, seperti pendidikan, perdagangan, budaya, dan lain-lain. Sayangnya, masih banyak orang yang hanya menjadikan media sosial sebagai sarana penyedia hiburan. Tak jarang mereka menelan isi konten secara mentah-mentah hingga berdampak pada kerusakan, baik sikap maupun cara berpikir. Media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, X, dan semacamnya memang bisa dengan mudah membuat seseorang betah. Niatnya hanya ingin memantau sebentar, tapi tahu-tahu sudah lewat hingga berjam-jam.
Fenomena Scrolling: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Scrolling merupakan aktivitas menggulir layar untuk terus mengonsumsi konten baru. Secara desain, banyak platform menerapkan infinite scroll atau fitur yang membuat pengguna terus melihat konten tanpa henti. Kebiasaan ini memicu siklus atau kebiasaan negatif yang dimulai dari membuka, menggulir, terhibur, enggan berhenti, hingga kehilangan waktu produktif.
Fenomena ini paling banyak dialami oleh remaja dan dewasa muda, kelompok yang mengakses internet dengan intensitas tertinggi dan paling rentan terdistraksi oleh konten singkat berformat video. Setidaknya, ada tiga faktor utama yang mendorong scrolling menjadi siklus.
1. Desain platform: algoritma secara otomatis menampilkan konten yang sesuai minat, membuat pengguna betah dan terus bertahan lebih lama.
2. Kebutuhan hiburan cepat: setelah bekerja atau belajar sepanjang hari, otak mencari pelarian yang ringan, sehingga video pendek menjadi solusi instan.
3. Kecemasan sosial (FOMO): ketakutan tertinggal informasi membuat pengguna terus membuka aplikasi, meski sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan informasi tersebut.
Kebiasaan scrolling biasanya muncul saat sebelum tidur, menunggu makan, sedang berada di transportasi umum, atau bahkan di tengah kegiatan yang terasa membosankan. Menurut laporan literasi digital dan penggunaan internet nasional, kelompok paling rentan adalah pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda. Hal ini karena aktivitas mereka berkaitan erat dengan ponsel dan koneksi internet.
Bagaimana Dampaknya Terhadap Produktivitas?
Scrolling dapat memengaruhi produktivitas karena berisiko mengurangi fokus akibat perhatian terpotong-potong oleh konten singkat. Scrolling juga dapat mengurangi kualitas tidur, terutama jika dilakukan menjelang malam, serta menurunkan kemampuan membaca panjang karena otak teralihkan pada konten cepat. Dampak tersebut membuat banyak orang merasa sibuk sepanjang hari, tetapi tidak benar-benar produktif.
Survei Indeks Literasi Digital Indonesia yang dirilis di situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih berada pada tingkat sedang, terutama dalam aspek kemampuan mengelola konsumsi digital. Salah satu temuan penting adalah rendahnya kemampuan pengendalian diri terhadap penggunaan media sosial, termasuk kecenderungan scrolling tanpa henti.
Scrolling media sosial dapat berkembang menjadi siklus yang menggerus produktivitas, terutama ketika dilakukan tanpa kontrol. Kebiasaan ini tidak hanya mengalihkan fokus, tetapi juga memengaruhi pola tidur, belajar, dan bekerja.
Editor: Fadhilah Salma Labibah
