
Purwokerto — Buku merupakan jendela dunia menuju pengetahuan. Akan tetapi, banyak orang belum memanfaatkan sumber pengetahuan ini secara maksimal, Seperti diungkapkan Wicaksono (2011:11) dalam jurnal Pengaruh Minat Membaca Karya Sastra.
Membaca bukan sekadar kegiatan mengisi waktu luang, melainkan perjalanan batin. yang memperkaya cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Di sela aktivitas sehari-hari yang padat, membaca menjadi ruang hening tempat seseorang berdialog dengan pikiran dan perasaannya.
Pembaca dapat menjelajahi berbagai pengalaman, memahami sudut pandang yang berbeda, dan menemukan makna baru dari hal-hal yang sebelumnya terasa biasa. Membaca juga menumbuhkan empati, membuka cakrawala pengetahuan, serta menuntun seseorang untuk lebih bijak dalam menyikapi dunia di sekitarnya.
Pandangan ini sejalan dengan semangat Gesit Marti Bella, lulusan Sastra Indonesia Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2019, yang hingga kini tetap menjaga kecintaannya pada dunia baca dan sastra di tengah kesibukannya sebagai guru sekolah dasar.
“Membaca karya sastra bukan hanya hiburan, tapi juga cara untuk menambah ilmu pengetahuan yang tidak ada dalam buku-buku sains atau nonfiksi,” ujar Gesit. Menurutnya, setiap karya sastra membawa nilai kehidupan yang berbeda dan memperluas cara berpikir pembacanya.
Sebagai lulusan Sastra Indonesia, Gesit mengakui bahwa kebiasaannya membaca memengaruhi cara ia memandang dunia. “Saya jadi lebih memahami banyak hal dari berbagai sudut pandang. Jadi, tidak mudah menilai sesuatu hanya karena berbeda,” tuturnya.
Penulis-penulis yang memengaruhi minat bacanya pun beragam, mulai dari Andrea Hirata, Leila S. Chudori, hingga penulis luar negeri seperti R.F. Kuang dan Leigh Bardugo. Dari mereka, Gesit belajar bahwa sastra tidak hanya soal keindahan bahasa, tetapi juga keberanian untuk menyuarakan pengalaman dan zaman.
“Bagi saya, karya sastra itu mengikuti perkembangan zaman. Saat membaca, saya seperti memperbarui pengetahuan dan memahami dunia dengan cara baru,” jelasnya.
Sastra bukan sekadar tulisan yang indah, melainkan wadah bagi manusia untuk mengenali dirinya sendiri. Di tengah perubahan teknologi dan gaya hidup modern, sastra tetap menjadi ruang bagi refleksi dan kemanusiaan. Selama masih ada pembaca yang mau memahami dan merasakan maknanya, sastra akan terus hidup menjadi jembatan antara pikiran, perasaan, dan kehidupan.
