Sumber: radarbanyumas.disway.id
Tradisi Begalan adalah prosesi budaya dalam bentuk pertunjukan yang dilaksanakan pada acara pernikahan masyarakat Banyumas. Begalan merupakan salah satu tradisi unik dari daerah Banyumas yang tidak ditemukan di tempat lain, dan menjadi ciri khas budaya Banyumasan. Tradisi ini dilakukan setelah akad nikah atau saat resepsi di tempat mempelai perempuan, terutama ketika pernikahan anak sulung dengan anak sulung, anak bungsu dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak bungsu, atau anak sulung perempuan.
Asal Usul Tradisi Begalan
Tradisi Begalan berasal dari kisah Adipati Wirasaba yang menikahi putri dari Adipati Banyumas. Pada saat perjalanan menuju acara pernikahan, Adipati Wirasaba bersama rombongannya membawa berbagai peralatan dan barang-barang untuk keperluan acara. Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh perampok atau begal yang berusaha merampas barang-barang berharga. Pertarungan pun terjadi, dan Adipati Wirasaba beserta rombongannya berhasil menang, sehingga acara pernikahan tetap bisa dilaksanakan. Tempat terjadinya pertempuran tersebut kini dikenal dengan nama Sokawera.
Makna Properti yang Digunakan Dalam Tradisi Begalan
Barang-barang yang dibawa dalam prosesi Begalan adalah alat-alat dapur yang memiliki makna simbolis, di antaranya:
- Pikulan (wangkring): Bermakna bahwa suami istri harus saling menopang dan menanggung segala beban hidup dengan ikhlas, sesuai kemampuan masing-masing.
- Ilir (kipas): Ilir berfungsi untuk mengipasi nasi dan menghidupkan tungku, tetapi dalam Begalan, ilir bermakna agar pasangan bisa menjaga suasana tetap dingin, tidak memanas-manasi situasi.
- Siwur (gayung): Mengajarkan bahwa kehidupan rumah tangga tidak boleh dijalani dengan sembarangan, melainkan dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian.
- Irig (saringan): Melambangkan pentingnya memfilter atau menyaring segala hal dengan hati-hati dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
- Kukusan: Bermakna bahwa dalam menghadapi gejolak hidup, pasangan harus bersabar dan hanya mengambil sisi baik dari setiap kejadian untuk mencapai kebahagiaan.
- Kekeb (penutup penanak nasi): Melambangkan pentingnya saling menutupi kekurangan dan menjaga aib satu sama lain.
- Pedaringan (kendil): Memiliki makna bahwa istri harus bijak dalam mengatur dan memanfaatkan rezeki yang diberikan suami, serta mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
- Irus: Mengajarkan bahwa pasangan suami istri harus mampu mengolah rasa dalam kehidupan mereka agar tumbuh menjadi lebih dewasa.
- Padi: Melambangkan kemakmuran, ketersediaan pangan, dan sikap rendah hati; semakin tinggi seseorang, semakin harus merunduk.
Pelaksanaan Tradisi Begalan
Prosesi Begalan dilaksanakan setelah akad nikah, sesuai dengan susunan acara. Dimulai dengan kemunculan dua tokoh bernama Gunareka dan Rekaguna yang memasuki tempat pernikahan. Adegan awalnya menampilkan kisah Adipati Wirasaba yang dihadang oleh begal. Gunareka kemudian dihadang oleh Rekaguna dan keduanya melakukan tarian peperangan singkat. Setelah itu, mereka menjelaskan makna pertunjukan dengan gaya jenaka dan menyampaikan nasihat pernikahan. Di akhir pertunjukan, para tamu biasanya dipersilakan berebut barang-barang di dalam pikulan sebagai bagian dari prosesi.
Begalan bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kehidupan dan nasihat kepada pasangan yang baru menikah agar dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan