Tamansari, Karanglewas – Desa Tamansari masih sangat kental dengan berbagai tradisi dan kebudayaan. Salah satu kebudayaan yang masih dilestarikan dan digemari oleh masyarakat adalah kebudayaan aksimuda. Kebudayaan aksimuda merupakan suatu kesenian yang dalam pertunjukkannya ditampilkan dengan menggabungkan atau mengkombinasikan unsur-unsur gerak dalam pencak silat serta unsur-unsur gerak dalam tarian. Kata aksimuda berarti burung yang lincah. Sesuai dengan kata tersebut maka dapat digambarkan bahwa anak muda masih aktif dan lincah dalam pencarian jati diri.
Kebudayaan aksimuda berkembang di Desa Tamansari sekitar tahun 1980 dan mulai menarik perhatian masyarakat pada tahun 1995. Banyak masyarakat yang menggelar kebudayaan aksimuda sebagai bentuk hiburan semata. Biasanya kebudayaan aksimuda dipertunjukkan saat ada hajatan seperti khitanan atau pernikahan. Saat ini, Pemerintah Desa Tamansari memberikan dukungan penuh untuk pelestarian kebudayaan aksimuda dan memberikan ruang untuk generasi muda dapat belajar kesenian aksimuda sebagai bentuk melestarikan kebudayaan aksimuda di bawah pimpinan Bapak Karpan. Pak Karpan yang memiliki dasar jiwa seni, menekankan bahwa aksimuda bukan hanya kesenian pencak silat tetapi suatu warisan budaya harus selalu dilestarikan sepanjang generasi.
“Saya suka kesenian, bukan hanya aksimuda tapi juga semua kesenian Jawa seperti kuda lumpimg. Dulu di tahun 1995-an, saya pernah ikut gabung menjadi penari aksimuda, jadi sekarang saya yang melatih anak-anak untuk belajar aksimuda. Biasanya anak-anak yang datang pada saya untuk minta diajari. Saya senang jika ada anak yang meminta seperti itu. Artinya kan aksimuda masih digemari di era modern seperti sekarang,” ujar Pak Karpan.
Setiap kebudayaan aksimuda diberbagai daerah pasti memiliki perbedaan yang beragam. Perbedaan ini menggambarkan bahwa kebudayaan aksimuda yang beragam apabila dikembangkan dengan baik pasti akan dapat tetap eksis di era modern. Perbedaan aksimuda Desa Tamansari dengan daerah lainnya terletak pada gerakan tangan, gerakan kaki, serta gerakan pencak silatnya. Kebudayaan aksimuda terdiri dari dua babak selama empat jam pertunjukkan. Babak pertama terdiri dari tiga belas lagu dan babak kedua terdiri dari sebelas lagu. Pada kedua babak tersebut diselingi dengan waktu istirahat selama lima belas menit bagi penari aksimuda. Dalam kebudayaan aksimuda, setiap berganti lagu maka gerakan penarinya juga akan berganti dan berbeda-beda.
Keunikan kebudayaan aksimuda dapat dilihat dari berbagai sisi. Seperti penari yang menggunakan kacamata hitam saat pertunjukkan, penari yang menggunakan kaos kaki putih panjang sampai lutut, penggunaan kostum hitam putih yang khas dengan pertunjukkan aksimuda, suara pengiring aksimuda yaitu rebana yang keras menunjukkan semangat penari aksimuda, perpaduan gerakan tangan dengan gerakan pencak silat, dan lagu-lagu bernuansa Islam yang dibawakan oleh penari aksimuda. Kebudayaan aksimuda yang masih bercorak Islam dibuktikan dengan pembacaan sholawat Al-Barzanji menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar.
Antusiasme masyarakat terhadap pertunjukkan aksimuda masih sangat tinggi. Masyarakat berharap kebudayaan aksimuda tidak akan hilang dari masa ke masa karena pertunjukkan aksimuda yang unik dan menarik. Namun, sangat disayangkan hanya sedikit anak muda yang tertarik dengan kebudayaan aksimuda dan banyak anak muda yang kurang tertarik untuk belajar kebudayaan aksimuda lebih dalam. Padahal Pak Karpan selalu memberikan ruang untuk anak muda belajar kesenian terutama kesenian aksimuda.