Hari Batik Nasional merupakan hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
Hari Batik Nasional memiliki sejarah dan makna yang tidak dapat terpisahkan dari identitas budaya dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa Indonesia yang mewarisi budaya kesenian batik Indonesia perlu melakukan berbagai cara untuk memperingatinya. Salah satu caranya yaitu dengan menggelar Pameran Batik.
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Forum Perajin Batik Purbalingga menggelar Pameran Batik yang berlangsung di Taman Kota Usman Janatin, Rabu (2/10/2024). Acara ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan menarik seperti fashion show, bedah trik dan tips pembuatan batik, serta bazar batik yang menawarkan diskon hingga 30%.
Salah satu acara yang paling menarik perhatian adalah kegiatan membatik bersama di atas kain sepanjang 36 meter. Sebanyak delapan belas sentra batik dari berbagai wilayah di Purbalingga berpartisipasi dalam kegiatan ini, menunjukkan kebersamaan dalam melestarikan budaya batik.
Ketua Forum Perajin Batik Purbalingga, Yoga Prabowo, menyampaikan pentingnya peringatan Hari Batik Nasional, terutama untuk melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya. “Pada tanggal 2 Oktober, UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda dunia. Sebagai pengrajin, kita wajib menjaga, melestarikan, dan mengembangkan batik, khususnya batik Purbalingga,” ujarnya.
“Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian, Dekranasda, serta Bagian Perekonomian Setda Purbalingga atas dukungan yang terus diberikan kepada para pengrajin batik,” ungkap Yoga Prabowo. Yoga menjelaskan bahwa Forum Perajin Batik Purbalingga yang didirikan sejak 2010, awalnya hanya terdiri dari enam sentra produksi batik. Namun, seiring waktu, jumlah tersebut telah berkembang menjadi sembilan belas sentra, menunjukkan kemajuan dan regenerasi dalam dunia batik.
Yoga juga mengajak para pengrajin untuk mendampingi generasi muda dalam belajar membatik agar warisan budaya ini terus hidup. “Batik Purbalingga bukan sekadar kerajinan instan, tetapi telah berkembang selama beberapa generasi,” tambahnya.
Pameran ini juga menampilkan kolaborasi antara Forum Perajin Batik dengan para desainer muda Purbalingga yang tergabung dalam Asosiasi Fashion Designer Purbalingga (AFDEGA) untuk mengembangkan batik menjadi busana siap pakai, yang semakin memperkuat identitas batik Purbalingga sebagai produk unggulan.
Kepala Bagian Perekonomian Setda Purbalingga, Gunanto Eko Saputro, yang hadir mewakili Ketua Dekranasda Purbalingga, menegaskan dukungan penuh Pemkab kepada para pengrajin batik. “Kami terus berupaya menyediakan fasilitas yang lebih baik, seperti showroom di Taman Kota Usman Janatin yang difasilitasi oleh Dinkop UKM dan Dekranasda, serta melibatkan para pengrajin dalam event besar seperti Sudirman Fashion Street dan Amazing Golaga Festival,” ujarnya.
Gunanto berharap program pendampingan bagi pengrajin batik terus berlanjut dan membawa kesejahteraan bagi para pembatik di Purbalingga. “Kami berharap batik Purbalingga semakin laris dan mendunia,” tutupnya.