Tradisi adat Batak Toba, mambosuri, kembali dilaksanakan ketika seorang calon ibu memasuki usia kehamilan tujuh bulan. Momen bahagia ini tidak hanya menjadi kabar gembira bagi pasangan suami istri, tetapi juga keluarga besar, terutama orang tua calon ibu. Setelah mengetahui putri mereka sedang mengandung, orang tua calon ibu menyampaikan kabar baik ini kepada para kerabat, dan mengundang mereka untuk turut hadir dalam acara tradisi.
Pada hari yang ditentukan, keluarga pihak perempuan, yang dikenal sebagai parboru, membawa hidangan khas berupa dengke simudur-mudur, ikan mas yang dimasak dengan bumbu tradisional batak. Menurut adat, makanan ini harus pertama kali disantap oleh calon ibu, disuapi langsung oleh ibunya sebagai simbol kasih dan perhatian.
Selain hidangan utama, orang tua pihak perempuan juga menyiapkan makanan kesukaan putri mereka, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian terhadap kesehatan dan kesejahteraannya. Setelah calon ibu kenyang, barulah anggota keluarga dan kerabat lain yang hadir diperbolehkan untuk menikmati hidangan tersebut.
Setelah makan bersama, keluarga parboru menyampaikan pesan-pesan penuh semangat kepada calon ibu mengenai proses persalinan dan perawatan anak. Nasihat ini diberikan untuk mempersiapkan calon ibu menghadapi fase penting dalam kehidupannya sebagai seorang ibu.
Tradisi Mambosuri kemudian dilanjutkan dengan pemberian ulos mangiring, kain tradisional batak, yang disematkan di bahu calon ibu dan suaminya. Pemberian ulos ini memiliki makna mendalam, yaitu sebagai simbol perekat kasih sayang antara suami dan istri, serta sebagai tanda kasih dan doa dari keluarga kepada mereka.
Secara keseluruhan, mambosuri adalah wujud kasih sayang dan kepedulian orang tua terhadap putri mereka yang sedang mengandung, serta bentuk persiapan spiritual dan moral bagi calon ibu dalam menyambut kelahiran anak pertamanya.