Tradisi Mantu Poci di Kota Tegal

Sumber: panturanews.com

Mantu Poci merupakan sebuah tradisi pernikahan yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Desa-desa tersebut antara lain Sidakaton, Sidapurna, Dukuhturi, Kupu, Lawatan, dan Kepandaian. Secara etimologis, istilah “Mantu Poci” berasal dari kata “mantu” yang berarti menggelar pernikahan, dan “poci” yang merupakan wadah tembikar khas untuk menyeduh teh atau kopi.

Menurut cerita rakyat pada zaman dahulu, terdapat pasangan calon pengantin yang nekat melarikan diri dari Desa Sidakaton karena menolak dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Hal ini menimbulkan kekacauan rencana pernikahan yang akan diadakan tiga hari lagi. Kemudian seorang penduduk desa mengusulkan untuk mengadakan perkawinan Poci sebagai pengganti bagi pasangan calon pengantin yang melarikan diri. Usulan ini disambut baik oleh kedua belah pihak, baik dari pihak wanita maupun pria. Tradisi ini kemudian menyebar ke desa-desa tetangga di wilayah kecamatan Dukuhturi. Menurut sumber lain, Mantu Poci diperkirakan mulai muncul pada tahun 1930-an dan diadakan di daerah pesisir seperti Tegalsari, Muarareja, Tunon, Cabawan, dan Margadana.

Awalnya, Mantu Poci diadakan untuk mengatasi rasa malu karena calon pengantin melarikan diri. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi alternatif hajatan bagi keluarga yang tidak memiliki keturunan. Selain itu, Mantu Poci juga mencerminkan rasa syukur dan kebanggaan pasangan suami istri dalam berumah tangga. Dengan menggelar acara ini, mereka merasa seperti orang tua yang telah berhasil mengantarkan “anak” mereka menuju pernikahan, dilambangkan melalui poci yang dihias dan diperlakukan layaknya mempelai.

Tata pelaksanaan yang diterapkan dalam perayaan Mantu Poci pada dasarnya mirip dengan pernikahan pada umumnya. Yang membedakannya adalah peran mempelai pria dan wanita yang digantikan oleh Poci. Poci yang lebih besar melambangkan mempelai pria, sementara yang lebih kecil melambangkan mempelai wanita. Poci ini biasanya terbuat dari tanah liat, berbentuk seperti teko, dan sebenarnya digunakan sebagai alat penyeduh teh.

Dalam acara Mantu Poci, para tamu undangan diharapkan mendoakan agar pasangan suami istri tersebut segera diberi keturunan. Awalnya Poci dihiasi dengan rangkaian bunga melati dan diarak mengelilingi desa. Setelah itu, Poci ditempatkan di atas kursi yang telah didekorasi dan diapit oleh kedua orang tua yang mengadakan acara. Kegiatan ini biasanya berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Mantu poci semakin jarang ditemukan. Pemerintah daerah maupun komunitas budaya kerap menampilkan tradisi ini dalam acara-acara kebudayaan guna melestarikan identitas budaya Tegal.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *