Wage Tegoeh Wijiono; Salah Satu Penjaga Nyala Api Kebudayaan di Banyumas

(sumber: dok. pribadi Wage Tegoeh Wijiono)

Di tengah arus modernisasi yang kian deras, kebudayaan di Kabupaten Banyumas masih menampilkan daya tahan yang kuat. Meski demikian, tantangan untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya lokal tetap ada. Di antara hiruk-pikuk perkembangan zaman, Banyumas tak kehilangan sosok-sosok yang gigih menjaga nyala api kebudayaan. Salah satunya adalah seorang sastrawan, aktor, dan pegiat budaya yang namanya kian dikenal, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Ia adalah Wage Tegoeh Wijiono, di umurnya yang sudah 62 tahun beliau sudah malang melintasi dunia sastra. Laki-laki yang sering dipanggil ‘Kang Wage’ ini memulai debutnya sejak tahun 1976 dan mulai bergabung dengan Keluarga Penulis Semarang (KPS) dan Teater Kuncup Semarang. Tahun 1985, bersama  Djawahir Muhammad  dia membangun Teater Aktor Studio. Tahun yang sama, dia bergabung dengan Bengkel Teater Rendra di  Kota Depok . KangWage juga pernah menekuni profesinya sebagai pewarta  lepas di sejumlah surat kabar dan dipercaya sebagai pelaksana redaktur di majalah remaja  Wow Ekspresi .

Sastrawan yang lahir di Surakarta ini masih aktif di dunia sastra, khususnya dalam bidang puisi dan teater. Beliau kerap menulis karya-karya yang mengangkat tema-tema sosial yang ada sekitar Banyumas atau tempat lain yang pernah disinggahinya.  Kang Wage juga sering diundang untuk menjadi juri dalam berbagai lomba puisi dan bidang sastra lainnya, menunjukkan pengakuan atas keahliannya dan kontribusinya di dunia sastra.

Dalam perjalanan hidupnya, Wage Tegoeh Wijiono telah menunjukkan bahwa meskipun usia terus bertambah, semangat untuk berkarya dan melestarikan budaya tidak pernah pudar. Dedikasinya dalam menghidupkan kembali dan mempertahankan warisan budaya Banyumas telah menjadikannya panutan bagi banyak orang. Melalui kerja keras dan karyanya, Kang Wage membuktikan bahwa kebudayaan Banyumas memiliki daya tahan yang kuat dan tetap relevan di era modern ini.

Hidup berkembang dan tidak stagnan, maka lakukanlah perubahan, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur pendahulunya, sesuai dengan perkembangan teknologi dan budaya, tapi jangan sampai diperbudak teknologi.”, beliau juga menyampaikan pesan ini untuk generasi muda Banyumas di penghujung wawancara.

 

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *