Perempuan karier sering kali dihadapkan pada pandangan negatif yang menganggap mereka mengabaikan tanggung jawab rumah tangga atau terlalu ambisius. Stigma ini tumbuh dari stereotip bahwa peran perempuan seharusnya hanya sebagai pengurus keluarga, sementara laki-laki adalah pencari nafkah utama. Padahal, banyak perempuan yang memilih bekerja bukan hanya karena ambisi pribadi, tetapi juga sebagai bentuk kemandirian finansial dan kontribusi ekonomi keluarga.
Bagi sebagian perempuan, berkarier adalah kebutuhan, terutama di era modern dengan tingginya biaya hidup. Mereka harus bisa menyeimbangkan peran ganda sebagai pekerja dan ibu, yang sering kali membutuhkan dukungan dari pasangan dan lingkungan kerja. Selain itu, bekerja juga merupakan cara perempuan untuk berkembang secara profesional dan personal, mengejar mimpi, serta mencapai potensi penuh mereka.
Pandangan negatif ini perlu diluruskan dengan pemahaman bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka, baik itu memilih untuk fokus pada karier, keluarga, atau bahkan keduanya. Memiliki ambisi dalam pekerjaan tidak mengurangi kemampuan seorang perempuan untuk menjadi istri atau ibu yang baik. Bahkan, dengan dukungan yang tepat, perempuan karier bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan, keluarga, dan tempat kerja. Masyarakat dan tempat kerja harus ikut berperan dalam mendukung perempuan karier dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan bebas dari stigma. Fasilitas seperti kebijakan fleksibel, cuti melahirkan yang layak, serta kesempatan yang setara untuk pengembangan karier bisa membantu perempuan mencapai keseimbangan antara ambisi karier dan peran dalam keluarga, tanpa harus mengorbankan salah satunya.