Kota Purwokerto, Banyumas memiliki banyak cita rasa legendaris yang masih bertahan hingga kini. Salah satunya Es Brasil. Ikon jajanan khas Purwokerto ini banyak menyimpan kenangan masa kecil di kala bermain bersama teman-teman. Es Brasil yang berbentuk khas seperti es lilin akan mengembalikan memori pada rasa segar, manis, dan tekstur yang tidak lengket layaknya es krim lainnya. Perkembangan zaman tidak membuat keautentikan Es Brasil luntur. Resep yang ada saat ini masih tetap mengutamakan cita rasa alami dan tanpa bahan pengawet.
Usaha jajanan legendaris ini dirintis oleh Nata Hadiwardojo dan Winawati Wangsaputri pada tahun 1968. Awalnya Es Brasil dijual secara keliling dengan sasaran konsumen hanya lingkungan sekitar. Saat ini pengelolaan diturunkan kepada anak, menantu, dan cucu dari pendiri.
Stefanus Aldo Sarwono, atau yang akrab disapa Aldo, selaku Manager Umum Es Brasil, menceritakan asal-usul nama Es Brasil. “Kata ‘Brasil’ itu berasal dari kata ‘berhasil’ sebetulnya. Jadi, harapan Oma dulu supaya usaha ini berhasil untuk keluarga dan karyawan, juga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas,” ujar Aldo, Kamis (13/6/2024).
Es ini dapat membuat ketagihan. Bukan hanya es biasa, melainkan rasa yang khas tetapi mengikuti perkembangan zaman. Enak, manis, dingin, segar, dan lembut. Apalagi menu es potong warna-warni jadi favorit para konsumen.
Es Brasil khas Purwokerto adalah simbol perpaduan antara cita rasa klasik dan penyajian yang memikat. Perwujudan dari keseimbangan antara rasa dan estetika menjadikannya hidangan yang sempurna. Es Brasil menjadi contoh sempurna dari makanan tradisional yang terus eksis.
Es Brasil menjadi cerminan budaya dan sejarah. Kombinasi manis dan gurih dalam setiap gigitannya mengingatkan pada kehangatan dapur Nenek dan kelezatan resep turun temurun. Eksistensinya tidak hanya terletak pada rasa, tetapi juga pada makna sosialnya. Ini adalah simbol kebersamaan di mana setiap kemasan es menjadi penghubung antara generasi dari yang tua hingga yang muda. Ini adalah bukti bahwa di tengah arus modernisasi, cita rasa tradisional tetap dapat bertahan hingga dan terus dinikmati.