Getuk Goreng Mirasa Sokaraja Menggunakan Teknik Pengolahan Tradisional di Era Modern

Dokumentasi Pribadi

Banyak ragam di Banyumas, dan dua hal yang sering dibicarakan serta dianggap berbeda adalah makanan tradisional dan makanan modern. Menurut Dewi (2011), makanan tradisional lahir dari hasil proses panjang selama bertahun-tahun dan merupakan fenomena budaya yang unik.Semakin banyak penelitian dilakukan mengenai keberadaan makanan ini, semakin besar pula rasa bangga dan keingintahuan terhadap makanan tradisional tersebut. Hal ini menyebabkan makanan tradisional tidak hanya sekadar menopang kehidupan, tetapi juga berfungsi sebagai bagian dari kebudayaan.

Getuk goreng Sokaraja merupakan salah satu produk pangan dari Sokaraja, Jawa Tengah. Getuk terbuat dari umbi-umbian seperti singkong dan ditambahkan dengan gula jawa atau gula pasir (Admin, 2022). Getuk di Jawa Tengah pertama kali dipopulerkan oleh Sanpirngad sejak tahun 1918 (Dharmawan, 2010). Getuk Sokaraja ini terbuat dari singkong yang dicampur dengan gula merah. Karena getuk yang dalam keadaan semibasah mudah basi dan konsumen terbatas, untuk meningkatkan nilai ekonomi, getuk tersebut digoreng sehingga terciptalah makanan yang dikenal sebagai getuk goreng.

Getuk Goreng Mirasa didirikan oleh Bapak Syarif Mulyodiharjo pada tahun 1976. Getuk sendiri berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Pada masa penjajahan Jepang, nasi sebagai makanan pokok masih langka dan mahal, sehingga masyarakat Magelang menggunakan singkong sebagai pengganti makanan pokok (Admin, 2024). Suatu hari, seorang penduduk dari Desa Karet, Magelang, yakni Ali Mohtar, berinovasi membuat makanan lezat berbahan singkong. Ali Mohtar mengukus singkong, kemudian menghaluskannya bersama gula, dan terciptalah getuk lindri. Pada masa itu, proses penghalusan singkong dilakukan secara manual dengan menumbuk di lesung. Pada tahun 1985, Mbah Ali berhasil menciptakant mesin penghalus singkong yang dapat memproduksi getuk dalam jumlah banyak dalam wakt lebih singkat. Setelah Mbah Ali wafat, usaha getuknya diteruskan oleh anak-anak dan cucu-cucunya secara manual.

Getuk Goreng Mirasa masih diproduksi dengan cara tradisional, menggunakan tenaga manusia. Saat ini, ada 3 karyawan yang bertugas menumbuk singkong. Setiap harinya,  Getuk Goreng Mirasa memproduksi kurang lebih 50 kilogram getuk yang terdiri dari tiga kwintal singkong dan tiga kantong gula aren. Namun, Getuk Goreng Mirasa belum memiliki sertifikasi halal. Metode pemasaran yang digunakan masih bersifat offline atau konvensional, sehingga jangkauannya belum terlalu luas.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *