Dari Pola Makan hingga Edukasi Seksual: Kunci Kesehatan Reproduksi Remaja

Sumber: Dokumen Pribadi

Purbalingga – Edukasi kesehatan reproduksi sejak usia remaja merupakan hal penting untuk mencegah berbagai gangguan yang dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang. Sayangnya, topik ini masih sering dianggap tabu, padahal pemahaman sejak dini dapat membantu remaja mengenali tubuh dan merawat organ reproduksinya dengan tepat.

Edukasi reproduksi tidak hanya membahas seksualitas, tetapi juga mencakup cara merawat organ reproduksi serta memahami perubahan tubuh yang terjadi saat pubertas. Remaja perempuan,  misalnya, perlu mengetahui bahwa menstruasi umumnya dimulai pada rentang usia 9 hingga 16 tahun. Jika telah memasuki usia 16 tahun tetapi belum mengalami menstruasi, kondisi tersebut perlu diperiksa lebih lanjut karena bisa menandakan adanya gangguan hormonal atau kelainan pada organ reproduksi.

Menstruasi yang tidak teratur juga banyak dialami remaja saat ini. Agus Puji Mei Arso, dokter spesialis obstetri & ginekologi, menjelaskan salah satu penyebab utama menstruasi tidak teratur adalah pola makan yang tidak seimbang. Ia juga menjelaskan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, minuman instan, serta makanan tinggi pengawet dapat mengganggu keseimbangan hormon, seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, kurangnya asupan serat, jarang berolahraga, serta kecenderungan obesitas juga berpengaruh besar terhadap siklus menstruasi.

“Makanlah yang dibutuhkan tubuh, bukan hanya yang diinginkan lidah,” ujar Agus.

Remaja sering kali memilih makanan yang disukai lidah ketimbang yang dibutuhkan oleh tubuh. Padahal, pola makan yang tidak sehat dapat memicu gangguan hormonal, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, rambut rontok bahkan kesulitan memiliki keturunan di masa depan.

Konsumsi penyedap rasa atau monosodium glutamate (MSG) secara berlebihan juga perlu diwaspadai. MSG dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan tubuh menahan air dan memicu tekanan darah jika tidak diimbangi dengan asupan gizi yang seimbang. Makanan tinggi garam, lemak, dan pengawet sebaiknya tidak dikonsumsi setiap hari oleh remaja. Lebih lanjut, pola makan tinggi MSG dan makanan ultra proses dapat mengganggu sistem endokrin. Kandungan garam dan bahan pengawet berlebih menyebabkan retensi cairan dan menurunkan keseimbangan elektrolit, sehingga berdampak pada kesehatan reproduksi.

Dari sisi kebersihan, remaja juga dianjurkan menjaga toilet hygiene. Agus juga menjelaskan bahwa area genital sebaiknya dibersihkan menggunakan air bersih yang mengalir dengan arah dari depan ke belakang, lalu dikeringkan untuk mencegah pertumbuhan jamur.  “Air yang mengalir penting karena air yang tergenang memiliki koloni bakteri lebih banyak. Arah pembersihan juga harus benar supaya bakteri Escherichia coli tidak berpindah dari anus ke vagina,” ungkapnya.

Rambut pada area kemaluan juga perlu dirawat. Disarankan agar rambut dirapikan setiap 40 hari sekali menggunakan clipper, tidak dicukur habis untuk menghindari luka mikro (mikrolesi) yang bisa menjadi pintu masuk infeksi.

Selain pola makan dan kebersihan, Agus juga menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja, khususnya perempuan. Kehamilan pada usia di bawah 20 tahun memiliki risiko medis yang tinggi. Secara anatomi, lapisan epitel kolumner pada leher rahim remaja belum matang sepenuhnya, sehingga lebih mudah mengalami kerusakan akibat gesekan. Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi dan kanker leher rahim (serviks) di kemudian hari.

Menyiapkan generasi sehat tidak hanya dimulai saat kehamilan, tetapi jauh sebelumnya. Calon ibu perlu memperhatikan asupan gizi, menjauhi rokok dan paparan asap rokok, serta menerapkan gaya hidup sehat untuk mendukung pertumbuhan janin secara optimal. Upaya ini penting dilakukan, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang menjadi masa krusial dalam mencegah stunting.

“Kalau ibunya sehat, maka janinnya pun akan berkembang dengan optimal. Tetapi jika sejak awal nutrisinya buruk, potensi anak mengalami gangguan pertumbuhan juga tinggi,” pungkas Agus.

Editor: Ika Sari Nur Widya

Bagikan:

One thought on “Dari Pola Makan hingga Edukasi Seksual: Kunci Kesehatan Reproduksi Remaja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *