Purwokerto—Pertunjukan drama berjudul Bayang di Balik Singgasana menghadirkan suasana yang membawa penontonnya larut dalam alur cerita. Bahkan sebelum penonton memasuki ruang pementasan, mereka sudah diajak untuk hadir seolah berada di dalam dunia cerita. Hal tersebut terasa sejak awal, ketika penonton disambut oleh semerbak aroma dupa yang menjadi bagian dari latar drama. Bayang di Balik Singgasana dipentaskan pada 12 Desember pukul 19.30 WIB di Aula Bambang Lelono.
Properti panggung disajikan sesuai dengan tema cerita yang telah disusun oleh panitia. Di pojok kanan panggung tampak sebuah tempat ibadah milik Nyoman, seorang pemeluk agama Hindu. Pada sudut tersebut ditampilkan berbagai elemen seperti sesajen, kain poleng hitam putih, payung, meja, serta bunga yang menjadi simbol spiritual. Properti ini menjadi salah satu unsur penting yang menguatkan alur drama selama pementasan berlangsung.

Hal yang menarik dalam rangkaian pertunjukan ini adalah hadirnya detail kecil yang justru menjadi daya tarik penonton, yaitu penggunaan dupa. Sejak berada di area registrasi, penonton sudah dikejutkan dengan keberadaan dupa yang menyala. Hal ini tentu memunculkan tanda tanya dan rasa penasaran di benak penonton. Aroma dupa yang telah dihadirkan sebelum pementasan dimulai seolah membangun fondasi suasana bahkan sebelum aktor-aktor muncul di atas panggung. Produser, Sekar, menjelaskan bahwa penggunaan dupa bertujuan untuk memperkuat suasana pementasan agar penonton dapat lebih merasakan atmosfer cerita. Meski berpotensi mengganggu sebagian penonton, langkah ini diambil sebagai upaya membawa mereka masuk ke dalam dunia yang sedang dipentaskan.
Selain dupa, detail kecil lain seperti penggunaan bunga kamboja yang diselipkan di rambut Nyoman turut menguatkan karakter Nyoman sebagai perempuan muda yang berasal dari Bali. Bunga kamboja memang kerap digunakan oleh perempuan Bali dan menjadi salah satu ciri khas budaya setempat. Tidak hanya berfungsi sebagai penanda budaya, bunga kamboja tersebut juga menambah kesan anggun dan ayu pada karakter Nyoman di atas panggung.

Kostum dan properti yang digunakan para aktor pun dirancang selaras dengan latar cerita. Busana adat Bali yang dikenakan membantu mempertegas identitas karakter sekaligus memperkuat visual panggung. Perpaduan antara aroma dupa, kostum, properti panggung, dan pencahayaan menjadikan pementasan terasa lebih hidup dan menyeluruh.
Melalui perhatian terhadap detail-detail kecil tersebut, pementasan drama Bayang di Balik Singgasana mampu menyentuh emosi penonton secara lebih mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan sebuah pertunjukan drama tidak hanya terletak pada aktor dan dialog, tetapi juga pada detail-detail kecil yang kerap luput dari perhatian. Detail visual yang dirancang berdasarkan naskah justru menjadi unsur esensial dalam membangun suasana dan menyempurnakan pengalaman menonton.
Editor : Zahra Jerolin Hanifah
