Mapres FIB Unsoed Jenjang Sarjana: Norika, Langkah Kecil Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

Sumber: Dokumentasi pribadi

Purwokerto — Norika Fajari Rahayu yang akrab disapa Noi, adalah mahasiswi semester 7 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Jenderal Soedirman sekaligus mahasiswa berprestasi Fakultas Ilmu Budaya Unsoed jenjang sarjana. Pada tahun 2024 Noi dan tim berhasil meraih medali perak diperlombaan Internasional World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA). Noi menyebutkan bahwa prestasi yang ia dapatkan bermula setelah ia melaksanakan kampus mengajar pada semester 5 lalu.

Noi menganggap prestasi yang ia raih merupakan balasan sewaktu SMA ketika ia mengalami perundungan yang mengakibatkan kehadirannya sering diabaikan dan tidak dihargai. Pengalaman pahit itu justru menjadi langkah awal bagi dirinya untuk berubah. “Saya harus berubah menjadi lebih baik dan menunjukkan potensi saya di bangku perkuliahan,” ujarnya.

Selain aktif di bidang akademik, Noi juga aktif mengikuti volunteer, kepanitiaan kampus, dan bekerja paruh waktu sebagai penyiar radio. Semua itu mampu ia jalani berkat manajemen waktu yang baik. “Untuk bisa membagi waktu, saya harus mempunyai jadwal tetap jadi bisa mengatur mau ngapain aja dan semuanya kena, semua hal bisa dikerjain,” ujarnya.

Norika mengatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya tak luput dari tantangan dan hambatan. Menurutnya, hambatan yang paling sulit bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam dirinya sendiri. “Yang paling berpengaruh tuh pas males dan ngerasa lagi demotivation, biasanya kalau udah kaya gitu harus istirahat atau ngelakuin hal hal yang disuka, contoh baca buku sampe energi nya ke isi lagi dan bisa kembali menjalani aktivitas,” katanya.

Bagi Noi, konsistensi sangat dibutuhkan dalam mencapai sesuatu terutama agar berdampak bagi sekitar. Noi mengatakan bahwa konsistensi akan terbangun jika seseorang tahu dan sadar apa yang benar-benar ia sukai. “Kalo kita ngelakuin hal yang ga kita suka atau istilahnya terpaksa dan cuma disuruh, itu bakal lebih challenging ngejalaninnya,” ujar Noi.

Norika menegaskan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan tidak boleh berperan sebagai penerima informasi saja, namun harus memberikan dampak bagi orang lain. Jika belum memiliki inovasi yang besar, berdampak bagi teman dan tetangga juga termasuk langkah kecil yang dapat mahasiswa berikan sebagai agen perubahan.

Mahasiswa mempunyai privilege dibandingkan orang yang belum berkesempatan untuk menjadi mahasiswa, sehingga harusnya mahasiswa dapat memberikan dampak dan menggunakan privilege tersebut semaksimal mungkin.

Norika berpesan, keberadaan mahasiswa di universitas bukan hanya untuk menerima materi kuliah saja, namun harus diimbangi dengan keaktifan seperti mengikuti kegiatan sosial, lomba, dan lain lain. Hal tersebut guna menambah nilai diri dan bermanfaat untuk orang lain. “Sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.

Editor: Artika Sari Dewi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *