Purwokerto-Akhir pekan bagi sebagian mahasiswa bukanlah waktu untuk beristirahat. Saat yang lain menikmati Sabtu dan Minggu di rumah atau sekadar bersantai, mahasiswa aktif organisasi justru tenggelam dalam kesibukan kampus. Rapat, persiapan acara, hingga pelaksanaan program kerja kerap menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat. Hidup sebagai mahasiswa aktif organisasi berarti menjunjung dua tanggung jawab besar: menuntaskan kewajiban akademik sambil menjaga komitmen terhadap organisasi. Kedua hal itu berjalan berdampingan, menuntut keseimbangan antara idealisme dan realitas yang tidak mudah dicapai.
Meski padat aktivitas, semangat untuk berkontribusi tidak pernah surut. Banyak mahasiswa percaya bahwa organisasi bukan sekadar tempat menyalurkan minat, melainkan wadah untuk belajar hal-hal yang tidak diajarkan di ruang kuliah. Di sanalah mereka belajar memimpin, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kedisiplinan, dan empati tumbuh seiring pengalaman yang diperoleh dari setiap rapat dan program kerja yang dijalankan.
Namun, di balik semangat itu, terselip dilema yang tak jarang membuat mereka lelah. Tugas kuliah menumpuk, sementara kegiatan organisasi tak bisa ditinggalkan. Tidak jarang waktu tidur berkurang, bahkan akhir pekan yang seharusnya menjadi waktu pribadi terpaksa dihabiskan untuk rapat atau acara kampus. Meski demikian, justru di tengah tekanan dan tumpukan tanggung jawab itu, para mahasiswa belajar arti pengorbanan dan manajemen waktu yang sesungguhnya.
Menjadi mahasiswa aktif organisasi bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi di sanalah proses pendewasaan terjadi. Setiap tantangan, kesibukan, dan rasa lelah menjadi bagian dari pembelajaran berharga tentang kehidupan. Mereka tidak hanya belajar untuk menjadi mahasiswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga pribadi yang tangguh, adaptif, dan berjiwa kepemimpinan. Karena pada akhirnya, waktu yang terasa tak pernah cukup itu justru menjadi saksi tumbuhnya generasi muda yang siap menghadapi dunia dengan pengalaman dan nilai yang tak ternilai.
Editor: Raditya Pratisara
