Bagi pecinta turnamen olahraga tingkat dunia, mungkin sudah tidak asing lagi dengan olahraga anggar. Olahraga anggar adalah salah satu olahraga yang menggunakan sebuah senjata khusus.
Olahraga anggar adalah seni duel dengan menggunakan pedang yang melibatkan teknik, kecepatan, dan strategi. Olahraga ini memiliki pakaian khusus yang terdiri dari topeng wire-mesh, sarung tangan, kabel badan, plastron atau pelindung ketiak, dan jaket. Anggar biasanya dilakukan dalam ruangan tertutup dengan arena sepanjang 12 meter dan lebar 2 meter. Oleh karena itu, olahraga ini memiliki gerakan yang sangat terbatas.
Dikutip dari www.sehataqua.co.id, sejarah anggar berawal pada abad ke-14, berkembang dari latihan militer di Jerman dan Italia. Olahraga ini terus berproses hingga pada abad ke-17 ditemukan senjata foil, topeng pelindung wire-mesh, serta aturan yang lebih tersusun. Anggar diperkenalkan di Indonesia saat masa penjajahan Belanda, dimana keterampilan bermain anggar menjadi keharusan bagi tentara Hindia Belanda. Olahraga anggar pertama kali diperkenalkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 1948, dan mulai resmi dipertandingkan di PON pada tahun 1951. Hingga kini, anggar terus menjadi bagian dari PON.
Dalam olahraga anggar ini, dua atlet atau pemain akan berhadapan dan mencoba untuk menyentuh lawannya dengan ujung pedang sembari menghindari serangan dari lawan. Terdapat tiga senjata dalam olahraga ini yaitu foil, eppe, dan sabre. Masing-masing senjata memiliki aturan dan area sasaran yang berbeda.
Popularitas olahraga anggar ini di Indonesia terus berkembang, terutama dengan semakin banyaknya turnamen dan klub anggar di berbagai daerah. Olahraga ini tidak hanya melatih fisik, tetapi juga mental, menjadikannya pilihan yang menarik bagi generasi muda yang ingin belajar disiplin dan strategi dalam kompetisi yang penuh tantangan.