Tarung Derajat: Warisan Bela Diri Nusantara yang Penuh Filosofi dan Ketangguhan

Sejarah dan Filosofi Tarung Derajat

Tarung Derajat adalah seni bela diri asli Indonesia yang lahir dari semangat perjuangan dan naluri bertahan hidup. Seni bela diri ini diciptakan oleh Guru Haji Achmad Dradjat di Bandung pada 18 Juli 1972. Tarung Derajat bukan sekadar teknik bertarung, tetapi juga filosofi hidup yang mengajarkan ketangguhan, keberanian, dan kehormatan. Dikenal dengan julukan “Aa Boxer,” Achmad Dradjat mengembangkan ilmu ini dari pengalaman bertarung di jalanan. Hingga akhirnya, Tarung Derajat diakui sebagai olahraga nasional dan menjadi bagian dari pelatihan TNI Angkatan Darat.

Teknik dan Prinsip dalam Tarung Derajat

Sumber: https://i.ytimg.com/vi/EvqQ2iXZ2Uo/maxresdefault.jpg

Berbeda dari bela diri lainnya, Tarung Derajat memiliki lima unsur utama dalam gerakannya, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Teknik yang diterapkan bersifat agresif dan praktis, mencakup pukulan, tendangan, kuncian, bantingan, hingga sapuan kaki. Kecepatan reaksi dan ketajaman insting menjadi kunci utama dalam bela diri ini. Dalam kompetisi Tarung Derajat, kemenangan dapat ditentukan melalui beberapa cara, seperti menang angka, kemenangan karena lawan mengundurkan diri, atau kemenangan karena wasit menghentikan pertandingan. Sistem penilaian mempertimbangkan efektivitas serangan, di mana serangan kaki yang berhasil merobohkan lawan mendapatkan nilai tertinggi. Selain itu, aspek sportivitas dan agresivitas yang terkendali juga menjadi bagian dari penilaian.

Tarung Derajat dalam Kompetisi

Sebagai olahraga nasional, Tarung Derajat telah dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) serta diperkenalkan di SEA Games. Jenjang tingkatan bela diri ini terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu Kurata dan Dzat. Kurata terdiri dari tujuh tingkatan dengan warna sabuk mulai dari putih hingga merah dengan dua strip, sementara Dzat merupakan tingkatan sabuk hitam yang menandakan penguasaan penuh terhadap ilmu Tarung Derajat. Perjalanan menuju tingkatan ini bisa memakan waktu puluhan tahun. Lapangan pertandingan Tarung Derajat memiliki ukuran standar dengan matras berukuran 12 x 12 meter dan area pertarungan utama seluas 8 x 8 meter. Peralatan wajib bagi petarung mencakup pelindung kepala, badan, tangan, gigi, dan selangkangan untuk memastikan keselamatan.

Simbol dan Makna dalam Tarung Derajat

Tarung Derajat memiliki simbol khas bernama “Pribadi Mandiri,” yang mencerminkan filosofi dasar bela diri ini. Kepalan tangan melambangkan kekuatan fisik dan mental, sementara kilatan merah menggambarkan semangat juang yang membara. Warna-warna dalam logo memiliki makna mendalam, yaitu hitam melambangkan unsur tanah, merah sebagai simbol api, kuning mewakili angin, dan putih menggambarkan air. Semua unsur ini menyatu dalam keseimbangan untuk membentuk ketangguhan sejati.

Melestarikan Tarung Derajat

Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan mengembangkan seni bela diri warisan bangsa ini. Tarung Derajat bukan hanya olahraga, tetapi juga jalan hidup yang mengajarkan keberanian, ketekunan, dan kehormatan. Dengan falsafah “Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk,” Tarung Derajat menjadi simbol kekuatan yang tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Melestarikan Tarung Derajat berarti menjaga warisan budaya serta semangat perjuangan bangsa. Mari kita kenali, pahami, dan lestarikan seni bela diri ini. Jadikan Tarung Derajat sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menghadapi tantangan maupun dalam menggapai impian.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *