Dengan hadirnya Chat-GPT, chatbot berbasis artificial intelligent dalam dunia pendidikan tinggi, mahasiswa lebih mudah dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Chat-GPT memungkinkan komunikasi tertulis interaktif dengan manusia mudah dipahami dan menimbulkan respons yang sangat manusiawi. Chat-GPT merupakan bentuk kecil dari Open-AI yang dapat membantu manusia dalam mengerjakan berbagai macam tugas. Revolusi teknologi AI dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi banyak dipertanyakan perannya sebagai lawan atau teman bagi mahasiswa.
Hadirnya Chat-GPT dapat menjawab pertanyaan sulit mengenai topik tertentu saat proses belajar mengajar. Artificial intelligent ini dapat membuat berbagai karya ilimah, esai, bahkan skripsi. Misalnya, mahasiswa akan membuat esai mengenai rendahnya tingkat literasi di Indonesia informasi dari Chat-GPT dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan ide dalam pembuatan esai tersebut. Penggunaan AI dengan bijak tidak akan berdampak menurunnya kemampuan akademik. Pilar-pilar literasi digital haruslah dapat dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa. Chat-GPT hanyalah salah satu dari sekian banyak alat bantu yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai sumber belajar sekunder, bukan menjadikannya sebagai sumber rujukan utama. Masih banyak di luar sana sumber-sumber rujukan terpercaya yang dapat mahasiswa manfaatkan secara bijak, baik itu berupa buku maupun e-literature.
Namun, lemahnya budaya literasi di Indonesia menyebabkan penurunan kualitas produksi akademik. Chat-GPT juga memiliki dampak negatif yang berpotensi merusak sistem pendidikan yang telah dirintis sejak lama. Proses pengelolaan informasi dari Chat-GPT yang instan membuat kurang memahami konsep karena jawaban yang diberikan jawaban mekanis yang menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis. Kehadiran Chat-GPT terhadap kualitas pendidikan tinggi perlu dianalisis agar budaya akademik tetap bertahan.
