Purwokerto—Kegiatan Himadiksi Belajar (Himbel) 2025 menjadi pengalaman pembelajaran lapangan yang berkesan bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023, 2024, dan 2025. Selama dua hari, 29–30 November 2025, para mahasiswa diajak menjelajahi dua dunia sekaligus: industri media modern di Solopos Media Group, Solo, serta kekayaan budaya Jawa di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.
Perjalanan dimulai pada Jumat malam (28/11) dari FIB Unsoed menuju Solo. Setibanya di Solopos pada Sabtu pagi, para peserta mengikuti sesi materi mengenai “Disrupsi Media dan Industri Komunikasi”. Melalui paparan visual dan penjelasan narasumber, mahasiswa diajak memahami bagaimana media saat ini menghadapi tantangan besar seperti perubahan perilaku konsumsi informasi, dominasi media sosial, hingga tekanan algoritma yang memengaruhi penyebaran berita. Berbagai isu seperti banjir hoaks, fenomena clickbait, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap media menjadi perhatian utama dalam sesi ini.
Selain itu, peserta juga diperkenalkan pada peluang-peluang baru dalam industri media, seperti monetisasi event, creative agency, content studio, podcast vertical network, dan pengembangan data-driven storytelling. Pemahaman ini memperluas wawasan mahasiswa mengenai bagaimana dunia jurnalistik berkembang dan beradaptasi di tengah disrupsi digital.

Setelah sesi materi, peserta mengikuti room tour untuk melihat langsung proses produksi media di Solopos. Mereka diajak memasuki ruang redaksi tempat berita diracik, studio podcast tempat konten audio direkam, studio siaran, hingga area percetakan tempat koran diproduksi. Pengalaman ini menjadi kesempatan langka bagi mahasiswa untuk menyaksikan bagaimana cara kerja jurnalistik berlangsung secara nyata, dari tahap perencanaan hingga distribusi.
Pada sore hari, rombongan melanjutkan perjalanan ke Museum Sonobudoyo Yogyakarta, salah satu museum budaya Jawa terlengkap di Indonesia. Selama tur museum, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai koleksi bersejarah, mulai dari lemari pusaka peninggalan Sultan Yogyakarta, kain batik upacara, hingga patung-patung dari masa animisme dan dinamisme. Setiap artefak dijelaskan oleh pemandu museum, memberi gambaran mengenai perjalanan panjang budaya Nusantara dari masa prasejarah hingga berkembangnya peradaban Jawa.

Bagi sebagian peserta, kunjungan ini memberikan pengalaman emosional sekaligus intelektual. Nayagi, salah satu mahasiswa peserta Himbel, mengungkapkan kekagumannya setelah melihat koleksi museum secara langsung.
“Karena saya sangat suka sejarah, kunjungan ke Sonobudoyo benar-benar membuat saya tercengang. Saya senang bisa melihat lebih dekat peninggalan-peninggalan berharga budaya jawa,“ tutur Nayagi penuh antusias.
Pembelajaran budaya ini menjadi pelengkap penting bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, yang tidak hanya mempelajari bahasa sebagai sistem, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat.
Setelah rangkaian kegiatan di Solo dan Yogyakarta, rombongan kembali ke Purwokerto pada Minggu dini hari (30/11) dengan membawa pengetahuan baru, pengalaman lapangan, serta apresiasi lebih dalam terhadap dunia media dan budaya Nusantara.
Editor: Fariska Putri Rahayu
