Rista Samara Aziza, anak ketiga dari lima bersaudara. Perempuan yang tahun ini menginjak usia 21 akrab disapa Samara. Samara lahir dari keluarga yang terbilang cukup. Namun, karena ia bukanlah satu-satunya anak dari orang tuanya, ia merasa tidak enak jika terlalu banyak merepotkan orang tuanya. Salah satunya dengan biaya pendidikannya yang tidak sedikit. Samara menempuh pendidikan tinggi di Universitas Jenderal Soedirman jurusan Sastra Inggris angkatan 2021. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan SMP dan SMA di yayasan boarding school yang kental dengan nilai-nilai Islam. Biaya pendidikan sempat dikhawatirkan oleh Samara saat duduk di bangku sekolah, namun almarhum kakak laki-lakinya, membantunya dalam menangani biaya sekolahnya. Di tingkat perguruan tinggi Samara mendapat beasiswa Bidikmisi KIP-K, hal ini benar-benar sangat meringankannya. Selain KIP-K, Samara juga mendapat beasiswa Bright Scholarship yang diadakan oleh Yayasan Baitul Maal (YBM) BRILiaN.
Semasa sekolahnya, Samara aktif dalam bidang akademik maupun non-akademik. Jiwa keaktifan ini terbawa hingga ia memasuki lingkungan kampus, ia juga selalu ingat dengan pesan gurunya, “Jangan jadi orang yang biasa-biasa saja, kamu harus jadi orang yang berpengaruh dan bermanfaat di lingkunganmu”. Samara akhirnya bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris (HMSI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM FIB) pada tahun pertamanya. Di tahun kedua, ia diamanahi sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris 2023. Tidak sampai di situ, ia juga diamanahi sebagai wakil mahasiswa berprestasi dari prodi Sastra Inggris dalam ajang Mahasiswa Berprestasi di tingkat fakultas. Samara meraih juara terbaik 2 Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ilmu Budaya. Samara kerap kali mengikuti lomba tingkat nasional dan meraih juara. Seperti meraih silver medal pada lomba National Essay Competition 2 di Yogyakarta (2024), juara 3 lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di UNS (2023), dan meraih silver medal pada lomba Nusantara Writing Festival di Malang (2023). Saat ini Samara masih tetap aktif berorganisasi yaitu dengan mengikut organisasi Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Unsoed dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Samara terinspirasi dari almarhum kakak laki-lakinya yang semasa hidupnya sudah begitu baik kepadanya. Meski impian untuk berkuliah di luar negeri setelah lulus SMA belum terwujud, ia tidak ingin mengecewakan orang yang telah berusaha keras untuk kebaikan dan masa depannya. Oleh karena itu, ia berusaha memanfaatkan kesempatannya di kampus agar bisa membahagiakan orang-orang tersayang melalui hal-hal yang bisa ia lakukan.
“Tentunya untuk membanggakan kedua orang tua ya, orang tua sudah meridhoi untuk belajar di sini, ya maka aku maksimalkan belajar. Yang kedua, khoirunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak bermanfaat untuk yang lainnya. Harapannya, dari aktifnya aku dan prestasiku dapat memberikan kebermanfaatan untuk banyak orang.” Ujar Samara.
Cita-cita mulia Samara untuk membanggakan kedua orangtua dan memberi manfaat bagi banyak orang perlahan terwujud. Begitu nikmat ternyata, ketika insan manusia menerima apa yang Allah beri dan berusaha memaksimalkan potensi untuk lebih banyak menebar kebermanfaatan. Barangkali kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu amat baik bagimu, sedang kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Kita punya rencana, namun Allah punya kuasa. Betul memang, sebaik-baik skenario adalah skenario Allah.