Film “Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis”: Kisah Haru Seorang Perempuan yang Bertarung dengan Trauma

Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis berhasil mencuri perhatian penonton dengan kisahnya yang menyentuh hati. Diangkat dari lirik lagu populer, film ini mengisahkan perjuangan seorang perempuan dalam menghadapi luka masa lalunya.

Film ini mengisahkan Tari, yang diperankan oleh Prilly Latuconsina, seorang wanita muda yang berjuang menghadapi dinamika keluarganya yang kompleks. Ayahnya yang tempramental menciptakan trauma mendalam bagi Tari dan kakaknya. Ketika kakaknya memilih untuk pergi dari rumah, Tari merasa terjebak antara melindungi ibunya dan mengatasi rasa sakit yang ia simpan sendiri. Dalam pencariannya untuk menemukan dukungan, Tari bergabung dengan sebuah grup bernama “Support Grup” di mana ia bertemu Baskara (Dikta Wicaksono). Keduanya saling membantu untuk mengatasi luka batin yang mereka hadapi.

Film ini menampilkan deretan aktor berbakat, termasuk Prilly Latuconsina dan Dikta Wicaksono, serta Surya Saputra, Dominique Sanda, dan Gracia JKT48. Setiap penampilan menghidupkan karakter dengan nuansa emosional yang mendalam, menjadikan interaksi antar karakter terasa nyata dan menyentuh.

Film ini mengeksplorasi tema trauma, dukungan emosional, dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan. Pesan yang diusung adalah pentingnya berbagi beban dan mencari dukungan dari orang lain ketika menghadapi masalah. Ini adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan kita, dan terkadang, membuka diri untuk berbagi dapat menjadi langkah pertama menuju penyembuhan.

Disutradarai oleh Reka Wijaya, film ini berhasil menciptakan atmosfer yang mendukung cerita. Sinematografi yang indah dan penggunaan pencahayaan yang tepat menambah kedalaman emosional, membawa penonton ke dalam dunia Tari dan Baskara. Setiap adegan dirancang dengan cermat untuk menciptakan momen-momen yang menyentuh hati.

Meskipun film ini kuat dalam penyampaian emosional, beberapa penonton mungkin merasa bahwa alur ceritanya bisa diprediksi. Beberapa elemen dramatis mungkin terasa klise bagi penonton yang mencari sesuatu yang lebih inovatif.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *