Resensi Film 9 Summers 10 Autumns

Identitas Film

Judul: 9 Summers 10 Autumns

Jenis Film: Keluarga, perjuangan hidup

Sutradara: Ifa Isfansyah

Prodksi: Angka Fortuna Sinema

Pemain: Ihsan Tarore (Bayek), Alex Komang (Hasan), Dewi Irawan (Ngatinah), Shafil Hamdi Nawara, Agni Pratistha, Hayria Faturrahman

Sinopsis Film

Film 9 Summers 10 Autumns merupakan adaptasi dari novel 9 Summers 10 Autumns karya Iwan Setiawan, berkisah tentang perjalanan Iwan atau biasa dipanggil Bayek yang tumbuh dalam keluarga miskin di Batu, Malang, kemudian meraih kesuksesannya di New York.

Hasan selaku ayah Iwan mendidik Iwan dengan keras. Dia ingin Iwan menjadi anak laki-laki pemberani. Keluarganya yang miskin membuat Iwan semakin bersemangat untuk mengubah nasibnya. Sejak SD, Iwan selalu menjadi peringkat satu. Saat SMA, Iwan mendapat jalur undangan untuk berkuliah di IPB jurusan Statistika. Awalnya, Hasan tidak mengizinkan Iwan untuk berkuliah. Dia ingin Iwan menjadi supir angkutan umum saja seperti dirinya. Namun, ibu Iwan selalu mendukung Iwan untuk mengambil kesempatan kuliah tersebut. Iwan tidak menyerah begitu saja. Dia berusaha mengumpulkan uang dengan menjadi guru les privat. Melihat usaha Iwan untuk berkuliah, Hasan memutuskan untuk menjual angkutan umum miliknya demi menambah biaya kuliah Iwan dan menjadi supir truk. Janji untuk membahagiakan ibunya yang diucapkan Bayek di dapur berjelaga membuat Iwan selalu semangat.

Di IPB, Iwan menjadi mahasiswa yang pandai. Dia menjadi lulusan terbaik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Setelah lulus, ia bekerja di suatu perusahaan dalam negeri hingga akhirnya ia mendapat panggilan untuk bekerja di perusahaan New York. Saat dia ditawari untuk menjadi direktur di Eropa, Iwan memilih untuk menolaknya karena memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Malang. “New York bukanlah mimpi masa kecilku, tapi New York adalah buah dari perjuangan, keprihatinan, kejujuran, dan doa dari orang-orang tercinta.” Begitulah ucapan Iwan ketika meninggalkan New York.

Kelebihan

Kelebihan film ini yaitu ada soundtrack yang mendukung di tiap adegan yang ditampilkan sehingga memperkuat suasana yang dibangun di dalam film. Selain itu, pengambilan latar tempat di Batu dan New York sangat menggambarkan kehidupan kontras seseorang yang mulanya dari kampung ke kota besar.

Kekurangan

Kehidupan Iwan di New York tidak diceritakan secara detail, tidak seperti saat di Batu.

Film ini bisa dijadikan salah satu pilihan untuk ditonton ketika kehilangan motivasi dalam proses mengejar cita-cita. Film ini juga mengajarkan arti penting dukungan keluarga, keberanian melawan ketakutan sendiri, dan kerja keras. Latar belakang keluarga bukan hambatan untuk bermimpi dan meraih cita-cita.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *