Sastra Lisan dan Cerita Rakyat Jadi Media Pelestarian Kearifan Lokal

Purwokerto—Sastra dan cerita rakyat kini kembali mendapat perhatian besar dari dunia pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Pemerintah bersama sejumlah peneliti dan pegiat literasi mulai menggencarkan gerakan pelestarian tradisi lisan sebagai bagian dari upaya menjaga jati diri bangsa di tengah derasnya arus globalisasi. Melalui sastra lisan dan cerita rakyat, nilai-nilai luhur masyarakat seperti gotong royong, kejujuran, dan rasa hormat terhadap alam kembali dihidupkan di ruang-ruang belajar.

Program revitalisasi ini digerakkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama beberapa universitas di Indonesia. Pelaksanaannya tersebar di berbagai daerah, seperti Karanganyar, Bireun, dan Manggarai Timur, wilayah yang masih memiliki kekayaan cerita rakyat dan tradisi tutur yang kuat. Upaya ini sudah dimulai sejak tahun 2024 dan terus berkembang hingga sekarang, dengan tujuan utama menanamkan karakter dan kearifan lokal kepada generasi muda agar tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Pelestarian dilakukan dengan berbagai cara. Sekolah-sekolah mulai memasukkan kegiatan bercerita rakyat dalam program literasi dan pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru dilatih untuk menjadikan cerita rakyat sebagai media pembelajaran yang interaktif dan bermakna. Kisah-kisah lokal seperti Eyang Batu Wangi dan Asal Usul Sungai Serayu digunakan untuk menanamkan nilai moral dan kepedulian lingkungan. Menurut penelitian Edy Suryanto dan Zainah Asmaniah, sastra lisan terbukti mampu menjadi sarana efektif dalam membangun karakter dan wawasan budaya peserta didik.

Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang sejarah dan nilai-nilai budaya, tetapi juga mengasah keterampilan berbahasa, berimajinasi, dan berkomunikasi secara kreatif. Lebih dari itu, mereka belajar menanamkan sikap sopan santun, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap sesama serta lingkungan sekitar, nilai-nilai yang menjadi inti dari kearifan lokal bangsa Indonesia.

Dengan menghidupkan kembali sastra lisan dan cerita rakyat di sekolah, bangsa Indonesia tidak hanya menjaga peninggalan masa lalu, tetapi juga membangun pondasi moral dan intelektual untuk masa depan. Cerita rakyat bukan sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan cermin kearifan yang terus mengajarkan siapa kita dan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai bagian dari bangsa yang berbudaya.

Editor: Rika Amelia

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *