Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan pantai di Tanjungsari, Kecamatan Pemalang, Jawa Tengah, telah mengalami perkembangan yang signifikan dengan munculnya berbagai warung makan dan kios-kios kecil di sepanjang bibir pantai. Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian para wisatawan, tetapi juga membawa dampak yang beragam bagi masyarakat lokal.
Munculnya warung-warung baru ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi banyak warga setempat. Sejumlah pemilik warung adalah penduduk lokal yang sebelumnya sulit menemukan pekerjaan tetap. Dengan berdirinya warung, mereka dapat menghasilkan pendapatan dari sektor pariwisata yang berkembang. Menurut salah satu pemilik warung, Runati, “Saya sangat bersyukur bisa membuka warung kecil ini. Sekarang, saya bisa menambah penghasilan dan mengisi waktu luang, saya juga membantu saudara dengan memberikan pekerjaan di warung.”
Kesempatan kerja tidak hanya terbatas pada pemilik warung, tetapi juga melibatkan warga lain dalam berbagai aspek, seperti penyediaan bahan baku, jasa kebersihan, dan penyewaan peralatan seperti payung dan tikar pantai. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata di Tanjungsari juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
Namun, kemunculan warung-warung ini juga membawa tantangan serius, terutama dalam hal lingkungan. Meningkatnya jumlah pengunjung akibat adanya warung membuat limbah sampah, seperti sisa makanan, kemasan plastik, dan botol minuman, semakin banyak berserakan di sekitar pantai. Beberapa pengunjung mengeluhkan pemandangan pantai yang kini terganggu oleh akumulasi sampah, yang membuat pengalaman berwisata menjadi kurang nyaman. Banyak warung yang tidak menerapkan praktik ramah lingkungan bahkan terkadang sampah bekas pengunjung hanya dibakar di dekat warung.
Masyarakat juga diharapkan lebih sadar akan tanggung jawabnya dalam menjaga kebersihan pantai, sehingga perkembangan pariwisata di Tanjungsari dapat berlanjut tanpa mengorbankan keindahan alam dan lingkungan.
