( Sumber internet )
Di Desa Ajibarang, Banyumas, terdapat sebuah tradisi unik yang masih terjaga hingga kini, yaitu mitoni. Tradisi ini dilakukan khusus untuk ibu hamil yang telah memasuki usia kehamilan 7 bulan. Masyarakat setempat percaya bahwa upacara ini penting sebagai bentuk syukur dan doa demi keselamatan ibu serta bayi yang sedang dikandung. Mitoni di Ajibarang kental dengan acara keagamaan, adat, serta kebersamaan masyarakat.
Biasanya, tradisi ini digelar pada hari Jumat, yang dianggap sebagai hari penuh berkah. Kegiatan acara ini dimulai dengan pengajian oleh bapak-bapak setelah salat jumat. Pengajian ini dihadiri oleh keluarga besar, tetangga, serta tokoh masyarakat. Dalam pengajian ini, doa-doa khusus dipanjatkan untuk memohon keselamatan bagi sang ibu agar proses persalinan berjalan lancar, dan bayi yang lahir sehat serta selamat.
Setelah pengajian, acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, terutama anak-anak, adalah rebutan uang koin dan belut. Dalam bagian ini, sebuah wadah berisi air leri (air bekas cucian beras) digunakan sebagai media utama. Di dalam air leri tersebut, terdapat belut hidup yang diletakkan bersama uang koin. Peserta yang umumnya terdiri dari anak-anak akan berebut untuk menangkap belut dan mengumpulkan uang receh yang tercebur di dalam air.
Rebutan belut ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Belut, yang licin dan sulit ditangkap, dianggap sebagai simbol harapan agar bayi yang akan lahir kelak menjadi individu yang luwes, cerdas, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. Sementara itu, uang koin yang diperebutkan melambangkan keberkahan rezeki yang diharapkan terus mengalir kepada keluarga.
Air leri yang digunakan dalam acara ini pun tidak kalah penting dalam simbolisme tradisi. Air leri, yang dihasilkan dari beras yang dicuci bersih, melambangkan kesucian dan kehidupan baru. Dengan memanfaatkan air ini, masyarakat Desa Ajibarang berharap ibu dan bayi yang dikandungnya selalu diberkahi kesehatan dan keselamatan hingga masa persalinan tiba.
Tradisi mitoni ngupati di Desa Ajibarang bukan sekadar ritual keagamaan atau acara adat semata, melainkan juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial di antara warga. Tradisi ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan kultural dan religius di masyarakat Banyumas, sekaligus menegaskan pentingnya menjaga kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Melalui ngupati, warga desa memohon doa dan berkah untuk kehidupan baru yang akan hadir, dengan harapan agar selalu diliputi keselamatan dan keberkahan.