Bingung Menentukan Karier? Ini Penyebab dan Solusi Menurut Coach Profesional

Banyak anak muda di Indonesia masih kesulitan menentukan arah karier meski sudah menempuh pendidikan tinggi. Mereka sering merasa bingung harus kemana setelah lulus, bahkan tidak jarang berpindah-pindah jurusan atau pekerjaan karena merasa “tidak cocok.” Menurut Fannie Prasetyo, seorang praktisi pengembangan diri dan karier, fenomena ini disebabkan oleh kombinasi antara pola asuh, tekanan sosial, dan kurangnya ketahanan mental menghadapi tantangan.

“Banyak anak muda hari ini menyerah ketika menghadapi kesulitan,” ujar Fannie saat diwawancarai. “Begitu merasakan penderitaan, mereka langsung berpikir passion-nya salah. Padahal passion itu bukan sekadar hal yang disukai, tetapi sesuatu yang terus dikerjakan meskipun sedang tidak menyenangkan.”

Pola Asuh ‘Snowplow Parenting’ dan Dampaknya

Fannie menilai, salah satu akar masalahnya berasal dari pola asuh orang tua yang terlalu melindungi anak dari kesulitan. Ia menyebut fenomena ini sebagai snowplow parenting yaitu ketika orang tua berusaha “membersihkan jalan” agar anak tidak menghadapi rintangan.

“Anak jadi tidak terbiasa menghadapi tantangan. Akibatnya, saat mengalami kesulitan sedikit anak langsung down,” jelasnya. Padahal dunia kerja penuh ketidakpastian, sehingga kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan menjadi hal yang perlu dilatih sejak dini. Kesiapan menghadapi perubahan jauh lebih penting daripada mencari jalan yang selalu mulus. Dengan terbiasa menghadapi tantangan sejak muda, seseorang akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan tidak mudah goyah ketika menemui kegagalan.

Pengaruh Tren dan Budaya FOMO

Selain faktor keluarga, pengaruh media sosial dan budaya Fear of Missing Out (FOMO). Banyak anak muda yang menentukan pilihan karier atau membuka bisnis hanya karena ingin mengikuti tren yang sedang ramai. Akibatnya, mereka sering kehilangan arah karena tidak memahami kebutuhan pasar dan alasan dibalik pilihan itu.

Menurut Fannie, seharusnya anak muda tidak terburu-buru ikut tren tanpa memahami pain atau masalah nyata yang ingin diselesaikan. Ketika keputusan diambil hanya karena dorongan FOMO, semangat biasanya cepat hilang begitu tren tersebut meredup.

Fannie mencontohkan fenomena usaha yang cepat viral namun cepat hilang. “Banyak yang buka bisnis hanya karena ramai di TikTok, bukan karena ada kebutuhan yang benar-benar ingin dijawab. Akibatnya, begitu tren turun, semangat pun ikut hilang,” tambahnya.

Perlu Mindset Baru: Growth dan Resilience

Menurut Fannie, anak muda perlu membangun growth mindset dan resilience atau kemampuan mental yang membuat seseorang tahan terhadap kegagalan dan mau terus belajar. Kegagalan bukanlah tanda seseorang tidak berbakat, melainkan bagian dari proses belajar, yang lebih penting adalah bagaimana seseorang mampu bangkit dan menyesuaikan diri setelah jatuh. “Kalau gagal, bukan berarti kamu tidak berbakat. Itu cuma berarti kamu sedang belajar,” ujarnya. Selain itu, ia menekankan kegigihan dan kemampuan beradaptasi jauh lebih berharga daripada mengejar kesempurnaan yang tidak realistis.

Selain itu, Fannie juga menekankan bahwa kebingungan karier sering muncul karena banyak mahasiswa melakukan langkah yang terbalik. Mereka cenderung memilih jurusan terlebih dahulu tanpa benar-benar tahu ingin menjadi apa di masa depan. Padahal, menurutnya, arah karier atau profesi yang ingin digeluti seharusnya ditentukan lebih dulu baru kemudian mencari jurusan atau pendidkan yang bisa mendukung tujuan tersebut.

Langkah untuk Mahasiswa yang Salah Jurusan

Bagi mahasiswa yang merasa salah jurusan karena tekanan atau keinginan orang tua, Fannie menyarankan agar masalah itu disikapi dengan bijak dan terbuka. Ia menuturkan bahwa langkah pertama yang bisa dilakukan adalah berdialog baik-baik dengan orang tua untuk mencari solusi bersama. Namun, jika perubahan jurusan tidak memungkinkan, mahasiswa sebaiknya tetap menerima keadaan dan fokus mengembangkan diri di jalur yang ada.

“Pertama, bicarakan baik-baik dengan orang tua kalau memang ingin pindah jurusan. Tapi kalau tidak memungkinkan, ya diterima dulu dan fokus kembangkan diri,” jelasnya. Ia menambahkan, mahasiswa masih bisa memperluas kemampuan melalui kegiatan di luar kuliah, seperti magang, organisasi, atau proyek pribadi yang relevan dengan minat dan passion-nya.

Keterampilan yang harus Dimiliki Anak Muda

Selain kesiapan mental, Fannie menekankan pentingnya keterampilan yang relevan dengaan kebutuhan zaman agar anak muda lebih siap menghadapi dunia kerja. Ia menjelaskan bahwa kemampuan seperti creative thinking, problem solving, communication, leadership, listening, dan empathy perlu dikembangkan sejak dini, karena semuanya saling melengkapi satu sama lain.

Keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah membantu anak muda beradaptasi dengan perubahan cepat dunia kerja, sementara kemampuan berkomunikasi, memimpin, dan mendengarkan menumbuhkan kolaborasi yang sehat di lingkungan profesional. Empati juga menjadi dasar penting dalam membangun hubungan kerja yang positif dan memahami sudut pandang orang lain.

Menurut Fannie, penguasaan berbagai kemampuan tersebut akan menjadi bekal kuat agar generasi muda tidak hanya mampu bersaing, tetapi juga tetap bertumbuh di tengah perubahan dunia yang dinamis.

Tips agar Tidak Bingung Menentukan karier

Menentukan arah karier bukan hal mudah, tetapi dapat dimulai dari langkah kecil. Ada beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan agar proses itu terasa lebih ringan dan terarah, tanpa harus terburu-buru mencapai hasil instan.

  1. Kenali diri sendiri: Pahami minat, nilai, dan gaya kerja yang membuatmu nyaman.
  2. Tentukan tujuan profesi lebih dahulu: Bayangkan ingin menjadi apa 5-10 tahun ke depan, baru sesuaikan dengan jurusan atau bidang yang kamu tempuh.
  3. Bangun keterampilan lintas bidang: Latihan kemampuan berpikir kreatif, komunikasi, dan empati yang berguna di profesi apa pun.
  4. Jangan takut gagal: Jadikan kegagalan bebagai bagian dari proses belajar, bukan alasan untuk berhenti.
  5. Kembangkan jaringan positif: Jalin hubungan dengan orang-orang yang memiliki semangat belajar dan visi positif agar bisa saling mendukung dalam proses pengembangan diri.

“Kebingungan itu wajar, tetapi jangan biarkan kamu berhenti di situ, yang penting terus belajar, berani mencoba, dan berani tumbuh, “ tutup Fannie.

Editor: Linda Rahma Agnia

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *