Menelusuri Keindahan dan Harmoni Arsitektur Masjid Cheng Hoo Purbalingga

Masjid Jami PITI Laksamana Muhammad Cheng Ho di Purbalingga adalah salah satu dari tiga masjid Cheng Ho di Indonesia, bersama dengan yang ada di Surabaya dan Palembang. Masjid ini bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga simbol harmoni antara budaya Tionghoa dan Islam, yang terlihat dari arsitekturnya yang unik dan penuh makna. Masjid ini terletak di Grumbul Mejingklak, Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pembangunannya dimulai pada tahun 2005 dan resmi digunakan pada 5 Juli 2011.

Masjid ini didirikan atas prakarsa Herry Wakong, seorang mualaf keturunan Tionghoa yang tergabung dalam Persatuan Imam Tauhid Indonesia (PITI) cabang Purbalingga. Pembangunan masjid ini bertujuan untuk mengenang jasa Laksamana Muhammad Cheng Ho, seorang bahariwan Muslim dari Cina yang berjasa dalam penyebaran Islam di Nusantara. Nama Cheng Ho sendiri dikenal luas dalam sejarah sebagai tokoh yang menjalin hubungan diplomatik dan membawa pesan perdamaian antara Cina dan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Masjid Cheng Ho Purbalingga didirikan sebagai simbol persatuan dan toleransi antara etnis dan agama di Indonesia. Kehadiran masjid ini diharapkan menjadi ikon akulturasi budaya antara Tionghoa, Islam, dan Jawa. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid ini juga memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan sosial di masyarakat, serta menjadi salah satu daya tarik wisata religi di Purbalingga.

Keunikan Masjid Cheng Ho Purbalingga terletak pada perpaduan gaya arsitektur Tionghoa dan Islam. Sekilas, bangunan masjid ini mirip dengan klenteng atau tempat ibadah umat Tridharma, dengan dominasi warna merah yang melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Di pintu masuknya, terdapat ukiran lafaz “Allah” pada pintu kayu bergaya khas Tionghoa, sementara lampion-lampion merah menggantung indah di teras masjid, memperkuat nuansa tradisional Cina. Ornamen-ornamen kaligrafi menghiasi bagian dalam masjid, memberikan sentuhan Islami yang kuat. Kombinasi antara simbol-simbol budaya Tionghoa dan elemen-elemen Islam ini menciptakan harmoni visual yang mencolok namun penuh makna.

Perpaduan budaya Tionghoa dan Islam yang terwujud dalam arsitektur Masjid Cheng Ho mencerminkan keharmonisan dan toleransi yang telah lama terjalin di Purbalingga. Masjid ini menjadi simbol keindahan dalam akulturasi, di mana dua budaya yang berbeda mampu bersatu dalam satu atap, mengirimkan pesan damai dan kerukunan antarumat beragama. Keberadaan masjid ini tidak hanya penting bagi umat Islam, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Purbalingga.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *