Alternative Universe: Kreativitas Sastra di Era Digital

Sumber: Instragram @raveecleo

Purwokerto – Perkembangan zaman membawa dunia sastra terus berkembang dan melahirkan berbagai bentuk ekspresi kreatif. Jika dulu karya sastra identik dengan buku dan cetakan, maka kini hadir dalam bentuk digital. Tidak hanya berupa novel daring atau puisi, Alternative Universe (AU) juga menjadi salah satu bentuk sastra digital yang digemari anak muda. AU adalah bentuk cerita fiksi yang menjadikan idola sebagai tokoh utama dalam alur dan dunia berbeda. Fenomena ini banyak ditemui di platform media sosial seperti X, TikTok, dan Instagram.

Salah satunya penulisnya adalah Rieke, penulis AU aktif yang mulai berkarya pada tahun 2023. Menurutnya, media sosial memiliki peran besar dalam membentuk budaya baca dan tulis baru. “Sekarang banyak penulis muda yang berani memublikasikan karya mereka. Bahkan sebagian di antaranya sudah sampai pada tahap menerbitkan buku,” ujarnya. Kemudahan akses, interaksi langsung dengan pembaca, serta format penyajian yang fleksibel membuat sastra digital, khususnya AU, menjadi tren yang semakin kuat.

Rieke mengungkapkan bahwa ketertarikannya menulis bermula dari keinginannya mengatasi kejenuhan rutinitas. Suka terhadap K-pop membuatnya tergerak menciptakan imajinasi baru tentang idol favoritnya dalam bentuk cerita alternatif. Di sinilah AU hadir sebagai wadah yang memungkinkan pengembangan karakter dan dunia fiksi secara bebas, tanpa terikat pada realitas asli tokoh tersebut. “Saya ingin menyegarkan pikiran dengan menulis hal-hal yang membuat saya senang,” katanya.

Dalam proses kreatifnya, ide cerita seringkali datang secara spontan, biasanya muncul dari momen-momen sederhana seperti waktu istirahat atau pengalaman pribadi. Untuk menjaga alur tetap rapi, ia menyusun outline sebelum menulis. Riset tetap diperlukan, terutama untuk menyesuaikan latar cerita yang berkaitan dengan kehidupan remaja, mengingat sebagian besar pembacanya merupakan pelajar. Interaksi dengan pembaca, termasuk sesi tanya jawab, menjadi sumber informasi yang membantu memastikan ceritanya relevan.

Saat ini, TikTok dan Instagram menjadi pilihan utama Rieke dalam menyebarkan karyanya karena kemudahan menjangkau pembaca. Fitur back sound di TikTok membuat nuansa cerita terasa lebih hidup, sementara Instagram memberikan ruang untuk berkembang dan memperluas audiens. Popularitas yang ia dapatkan tidak datang secara instan, konsistensi dan keberaniannya untuk mencoba platform baru menjadi kunci tumbuhnya pembaca.Dalam dunia AU, genre yang digarap penulis cenderung beragam, namun Rieke mengawali perjalanan dengan komedi dan kemudian berkembang ke romance. Tantangan terbesar baginya adalah mempertahankan dinamika cerita agar pembaca tidak bosan. “Kalau tidak menarik, pembaca bisa berpindah ke cerita lain,” selorohnya. Ia juga menegaskan pentingnya batasan dalam menulis, terutama karena sebagian pembaca adalah remaja sehingga karakter harus digambarkan sesuai porsinya.

Dari sisi manfaat, menulis AU membuat penulis semakin terlatih berpikir kreatif dan kritis. Rieke merasa proses menulis mendorongnya untuk terus belajar, mulai dari riset, pengembangan alur, hingga teknik penulisan yang menarik. Baginya, membuat plot yang tidak mudah ditebak merupakan tantangan sekaligus daya tarik tersendiri dalam AU.

Menutup wawancara, Rieke memberikan pesan kepada para penulis AU pemula agar tidak takut mencoba. “Jangan patah semangat. Karya yang baik lahir dari proses panjang dan banyak revisi. Tidak apa-apa jika karya belum banyak dibaca, yang terpenting adalah terus mencoba dan memperbaiki,” pesannya.Ia juga berharap karya-karyanya dapat terus diterima lebih luas dan suatu saat dapat dituangkan dalam bentuk buku. Fenomena ini menunjukkan bahwa sastra digital, khususnya AU, bukan hanya tren sesaat, tetapi bagian dari transformasi budaya literasi yang membuka jalan bagi generasi kreatif berikutnya.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *