
Nuwun kawula nuwun kanthi kalimat tahmid mugi tinebihna saking iladuni menyang tulak sari.
Puji sukur pangalembana namung konjuk wonten dzat ingkang agung, Gusti Kang Maha Kawasa, nun inggih Allah SWT.
Begitulah kalimat pembuka yang dilontarkan Exwan Andriyan Verrysaputro, S. Pd., M. Pd., sosok dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, ketika sedang menjalankan profesinya sebagai MC profesional dengan memukau.
Hal Tak Terduga Menuju Profesionalitas di Panggung Utama
Perjalanannya dimulai dari proses ketidaksengajaan pada tahun 2015, dimana saat beliau aktif sebagai Duta Wisata dan Budaya di Paguyuban Dimas Diajeng Jogja (PDDJ). Kala itu, MC berbahasa Jawa (pranatacara) di suatu acara Dinas Budaya dan Pariwisata Yogyakarta, tiba-tiba berhalangan hadir. Dengan berbekal pengetahuan Public Speaking di Mata Kuliah Komprehensi Lisan saat kuliah, beliau sigap menggantikan peran tersebut.
Awal pandemi hingga sekarang, beliau menerima tawaran MC di acara pernikahan, acara formal dan hiburan lainnya. Hal ini, mendorong beliau menuju panggung utama dalam menjalani karir sebagai MC profesional di wilayah Jateng dan DIY.
Teliti dan Adaptif dalam Persiapan
Sebelum tampil dalam acara, Exwan selalu memersiapkan dengan teliti. Mulai dari koordinasi dengan EO, penyusunan naskah MC, hingga pakaian yang harus disesuaikan dengan tema acara. Semua dilakukannya dengan cermat dan adaptif sesuai kebutuhan.
Pembawaan MC yang Unik dan Kreatif
Menurut Exwan, gaya dan pendekatan yang digunakan, sesuai dengan konsep acara yang diminta. Mulai dari konsep formal, semi formal, atau konsep hiburan (fun/hura-hura).
“Kalau MC pernikahan, gaya dan pendekatannya lebih unik menyesuaikan dengan budaya masing-masing daerah. Misal, antara Jawa dengan Jogja yang memiliki tradisi berbeda. Sehingga, memengaruhi banyak hal. Baju pakem, bahasa, iringan, dan upacara tradisi,” terangnya.
Tantangan dan Pengelolaan Waktu
Tantangan terbesar yang dihadapi Exwan Andriyan sebagai MC, ketika beliau tidak mendapati detail acara yang cukup jelas. Menjelang hari H, beliau tidak dikoordinasikan gambaran acaranya akan seperti apa. Tidak hanya itu, membuat ciri khas diri (personal branding) juga menjadi tantangan yang beliau rasakan saat ini.
“Pengelolaan waktu dilakukan dengan membagi waktu antara weekdays untuk kegiatan dosen, meliputi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kalau weekend untuk berlibur sambil nge-MC,” jelasnya.

Motivasi jadi Pondasi Utama
Era modern seperti sekarang, Exwan tetap eksis menjadi pranatacara (MC berbahasa Jawa) dengan tujuan pelestarian bahasa dan budaya Jawa, sekaligus memenuhi permintaan mempelai pengantin dalam pembawaan konsep yang diidamkan. Kebanyakan mempelai pengantin menginginkan perpaduan antara konsep modern dan konsep adat Jawa.
Beliau sangat menikmati langkah demi langkah dalam proses menjadi MC yang profesional. Bertemu dengan orang baru dan tempat baru, membuat setiap prosesnya semakin berkesan. Kepuasan klien melalui apresiasi dalam acara yang berjalan lancar, menjadi motivasi terbesar yang beliau rasakan.
Dalam penutup sesi wawancara, beliau juga mengatakan, “Dari perjalanan ketidaksengajaan ini saya belajar bahwa apapun bisa kita pelajari asal ada niatan. Tugas kita sekarang adalah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Hasil terbaik akan Tuhan berikan utk semua doa dan segala usaha yang kita lakukan,” Pungkas Exwan.
Sebagai seorang dosen yang juga menjadi MC profesional, Exwan telah membuktikan bahwa keahlian dan dedikasi dapat membawa seseorang dalam meraih kesuksesan di berbagai bidang. Dengan kemahiran dan integritasnya, Exwan Andriyan sebagai sosok yang multifaset, terus mengukir jejak dalam dunia akademik dan hiburan.