Nopia makanan khas Purbalingga yang masih dijaga keasliannya dibuat dengan cara tradisonal menggunakan pemanggang tradisonal. Kue kering dengan cita rasa manis ini memiliki tekstur yang renyah seperti cangkang telur namun, didalamnya terasa lembut karena terdapat adonan terigu yang dicampur dengan gula.
Nopia sendiri merupakan makanan hasil akulturasi budaya Indonesia khususnya jawa dengan budaya tionghoa. Nopia diperkirakan ada di Purbalingga pertama kali pada tahun 1940-an namun, masih banyak yang belum mengerti bagaimana awal mula adanya nopia di Purbalingga. Sejarah mengenai nopia khas Purbalingga akan diceritakan langsung oleh pemilik toko nopia asli khas purbalingga yang saat ini dikelola oleh generasi keempat. “Awal mula dari tahun 1940, kakek buyut saya dari Tionghoa sana datang ke Purbalingga. Beliau awal mula pembuat ide nopia segala macem, kemudian beliau menikah dengan warga loka. Tahun 1960 mulai dikembangkan oleh kakek saya” Ungkap kak Yohanes sebagai pemilik toko nopia.
Nopia asli yang masih dijaga keotentikan cita rasanya ini masih dibuat dengan cara tradisonal, yaitu dengan memakai alat tradisonal serta menggunakan tungku dan pemanggang khusus berbentuk seperti gentong atau tong dengan ukuran cukup besar. Nopia sendiri memiliki berbagai varian rasa seperti cokelat, durian, dan kopi, namun varian yang paling digemari adalah varian gula merah dan brambang goreng (bawang goreng) yang merupakan varian pertama dari nopia.
Kak Yohanes mengungkap alasan dibalik adanya varian gula merah dan brambang goreng “jadi menurut kakek saya nopia dengan rasa gula merah saja tuh kurang enak, karena hanya ada manis saja jadi dimodifikasi dengan brambang goreng sehingga ada rasa manis dan gurihnya.”
Dibuat dengan mempertahankan cara tradisional tidak membuat nopia tersisihkan sebagai salah satu kuliner yang sudah melegenda. Bertambahnya varian rasa dari nopia merupakan cara bagaimana nopia mempertahankan eksistensi sebagai kuliner khas Purbalingga yang sudah bertahan selama 80 tahun lebih.