
Literasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia. Literasi membaca merupakan kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan guna mendapatkan informasi. Seperti kata pepatah ‘membaca adalah jendela dunia’ yang berarti dengan membaca dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan menambah wawasan baru. Oleh karena itu, sebuah gerakan literasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas manusia.
Namun, menanamkan budaya literasi membaca di Indonesia tidaklah mudah. Melansir dari kominfo.go.id, UNESCO menyebutkan Indonesia di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat membaca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001% yang artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua orang.
Contoh bukti nyata dari rendahnya tingkat literasi di Indonesia yaitu kasus Sandra Dewi yang sedang viral. Singkat cerita suami Sandra Dewi yaitu Harvey Moeis tersangka dugaan korupsi komoditas timah dengan kerugian sebesar Rp 271 triliun. Netizen Indonesia tentu sangat marah karena masalah ini sehingga mereka menghujat akun sosial media Sandra Dewi. Akan tetapi, mereka justru salah sasaran akun yang dihujat milik Dewi Sandra bukan Sandra Dewi. Kemungkinan besar netizen Indonesia menganggap keduanya sama tanpa mencari tahu terlebih dahulu. Padahal jika dicari lebih lanjut keduanya sangat berbeda Sandra Dewi, wanita non muslim sedangkan Dewi Sandra wanita muslim yang berhijab. Dari masalah ini dapat disimpulkan rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Mereka cenderung melakukan sesuatu tanpa membaca penjelasan dari video atau berita.

Literasi menjadi pintu untuk membuka pikiran yang lebih luas, membuat kita berfikir kritis, dan mampu menganalisis suatu permasalahan dengan logis. Dari kasus Sandra Dewi ini dapat dilihat bagaimana kualitas sumber daya manusia di Indonesia, kebanyakan dari mereka gegabah melakukan sesuatu tanpa menganalisis kebenaran dari permasalahan. Ada banyak penyebab rendahnya tingkat literasi di Indonesia, dilansir dari jurnal ilmiah profesi pendidikan tahun 2022 rendahnya kemampuan literasi seorang siswa dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti rendahnya kemampuan intelegensi, rendahnya minat membaca, dan rendahnya motivasi belajar. Kemudian faktor eksternal seperti kurangnya perhatian orang tua, pengaruh TV dan Handphone, pengaruh teman-teman bermain, kemampuan guru, dan sarana prasarana yang belum mendukung.
Rendahnya tingkat literasi dapat menyebabkan berbagai masalah, salah satunya seperti yang diatas. Selain itu, seseorang yang tidak mau belajar akan kesulitan mengembangkan potensi dirinya. Pola pikir menjadi dangkal dan sempit karena minimnya wawasan. Berbeda dengan orang yang rajin membaca pikirannya lebih luas dan berkembang mengikuti perubahan zaman serta mampu beradaptasi akan lingkungan. Ada banyak cara untuk meningkatkan minat baca tapi yang paling penting yaitu dalam diri kita sendiri, melawan rasa malas. Pada era digital ini ilmu pengetahuan mudah dicari, tetapi rasa malas menghalangi untuk belajar.