Diceritakan tokoh ‘Aku’, seorang penulis lepas bidang hal-hal gaib yang mendapatkan keluhan dari kenalannya terkait denah sebuah rumah dua lantai yang rencananya akan ia beli. Sang kenalan bernama Yanaoka-san mengungkapkan bahwa ia dan istrinya sudah jatuh cinta pada interior rumah tersebut yang terang dan lega. Namun, ada satu bagian aneh pada tata letak ruangan yang menimbulkan pertanyaan. Di lantai satu antara dapur dan ruang tamu, terdapat ruangan misterius tanpa pintu membuat Yanaoka-san ragu untuk membeli rumah itu.
Rasa ingin tahu si ‘Aku’ bangkit ketika mendengar kata ‘ruangan misterius’. Namun, minimnya ilmu arsitektur membuat ia kesulitan memahami denah rumah yang diberikan Yanaoka-san. Ia pun menelepon Kurihara-san, seorang arsitektur dan penggemar hal-hal gaib, untuk berdiskusi tentang keanehan ‘ruangan misterius’ itu. Kurihara-san berpendapat bahwa ruangan itu memang sengaja dibuat, entah awalnya untuk tempat penyimpanan yang dibatalkan karena berubah pikiran atau kehabisan dana. Lagi-lagi, ada keanehan lain muncul kali ini dari benak Kurihara-san. Pertama kali melihat denah rumah dua lantai itu, ia merasa pemilik rumah sebelumnya membangunnya agak tidak lazim dan rumit. Di lantai dua, ada kamar anak tanpa jendela dengan pintu rangkap yang mengharuskan seseorang memutar cukup jauh dari arah tangga, keberadaan ruang shower dan kamar mandi, serta toilet yang hanya bisa diakses lewat kamar anak. Dari tata letak lantai dua, Kurihara-san menyimpulkan bahwa keluarga sebelumnya sengaja membuat tata letak ‘tak lazim’ untuk menyembunyikan sang anak dari orang lain. Si ‘Aku’ terkejut dengan simpulan Kurihara-san tapi ia juga setuju hal itu masuk akal walaupun hanya dugaan liar.
Telepon berakhir dan si ‘Aku’ kembali merenungi denah rumah lantai dua yang tak lazim itu. Sesuatu terbesit setelah ia membandingkan denah lantai satu dan dua dari rumah tersebut. Dugaan bahwa denah lantai satu dan dua memiliki hubungan yang disengaja sehingga menghasilkan denah rumah yang tak lazim dan rumit. Dugaan bahwa ruangan misterius di lantai satu terhubung dengan kamar mandi lantai dua dan rak di kamar anak tanpa jendela. Dari dugaan si ‘Aku’, Kurihara-san berspekulasi bahwa rumah dua lantai tersebut sebenarnya adalah rumah tempat pembunuhan tertutup yang memanfaatkan ruangan misterius di lantai satu yang sebenarnya adalah ‘lorong kecil rahasia’ mengarah ke kamar anak tertutup dan kamar mandi di lantai dua. Spekulasi lain yaitu pemilik rumah sebelumnya adalah keluarga yang memanfaatkan sang anak untuk melakukan pembunuhan di dalam sebuah rumah dengan tata letak yang rumit. Dugaan yang mengejutkan dan tak terduga.
Tidak selesai sampai di situ, si ‘Aku’ kembali dikejutkan dengan berita penemuan mayat dengan kondisi termutilasi dan tangan kirinya belum ditemukan. Mayat tersebut ditemukan di dekat hutan tempat rumah dua lantai tersebut dijual. Hal ini semakin meyakinkan dugaan-dugaan liarnya.
Seminggu kemudian, denah kedua didapatkan si ‘Aku’ setelah ia mengunggah dugaannya ke dalam sebuah artikel. Seseorang bernama Miyae Yuzuki mengirimkan email kepadanya mengaku memiliki blueprint denah kedua dan mengetahui sesuatu tentang tata letak ruangan rumah yang tak lazim itu. Miyae menduga bahwa suaminya terbunuh di rumah denah kedua yang akhirnya ditemukan dalam kondisi tangan kirinya terpotong dan tidak ditemukan di TKP. Munculnya denah kedua semakin menenggelamkan si ‘Aku’ ke dalam teka-teki keberadaan ‘lorong rahasia’ di setiap denah hingga misteri hilangnya tangan kiri dari kedua korban. Setelah penelusuran mendalam tentang teka-teki rumah denah pertama di Tokyo dan denah kedua di prefektur Saitama, si ‘Aku’ akhirnya mengetahui fakta-fakta mengerikan jauh dari masa lalu tentang ‘Persembahan Tangan Kiri’ yang dilakukan oleh keluarga Katabuchi.
Novel berjudul Teka-teki Rumah Aneh karya Uketsu ini memberikan pengalaman menegangkan bagi pembaca dengan plotwist-plotwist yang mengejutkan. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami memudahkan pembaca mengikuti alur cerita. Selain itu, ilustrasi-ilustrasi denah rumah yang jelas, penulis tidak hanya mengajak pembaca untuk mengungkapkan keanehan dari suatu tata letak rumah yang rumit dan tak lazim tetapi juga merekonstruksi dalam imajinasi bagaimana sebuah rumah dengan detail-detail rumit dan tak lazim menjadi sebuah tempat pembunuhan. Sayangnya, novel ini memiliki sedikit paragraf-paragraf tidak seperti novel pada umumnya. Sebagian besar berisi dialog-dialog para tokoh sehingga penggambaran ekspresi, latar, dan perasaan setiap tokoh datar dan kurang mendetail.
Melalui novel ini, Uketsu mengajak pembaca senantiasa berani dalam mengungkapkan kebenaran apa pun risikonya dan merelakan masa lalu dengan menjadikannya sebagai pelajaran dan evaluasi diri di masa depan.