Hari Pertama Jagat Rasa, Teater Angkatan 2023 Hibur Penonton di Gedung Bambang Lelono

Foto: Pameran Fotografi (dokumentasi pribadi)

Purwokerto- Suasana Gedung Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), terasa berbeda pada Rabu, 10 Desember 2025. Pada hari tersebut, acara Jagat Rasa resmi digelar dan menjadi hari pertama dari rangkaian pentas seni mahasiswa angkatan 2023 semester 5, yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Penampilan pada hari pertama ini menjadi pembuka yang sukses mencuri perhatian penonton.

Acara Jagat Rasa terbuka untuk penonton umum, dengan mahasiswa angkatan 2024 dan 2025 diwajibkan hadir sebagai bentuk apresiasi terhadap karya seni mahasiswa. Sejak awal acara, antusiasme penonton terlihat memenuhi Gedung Bambang Lelono.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Ibu Dekanat FIB, yang kemudian secara simbolis membuka acara melalui pemukulan gong, didampingi oleh Bapak Dosen Memet. Pemukulan gong tersebut menandai dimulainya rangkaian Jagat Rasa.

Puncak acara di hari pertama ini adalah penampilan teater dari mahasiswa angkatan 2023 yang membawakan naskah berjudul “Matahari di Sebuah Jalan Kecil Arifin Cenur”. Pementasan ini mengangkat kisah kehidupan masyarakat kecil yang berlatar di sekitar sebuah warung tahu grendeng yang tengah viral karena menjamurnya usaha serupa.

Cerita dibuka dengan suasana sederhana di sebuah jalan kecil, saat dua orang pekerja pabrik mengeluhkan nasib mereka gaji yang kecil dan tak kunjung naik. Di sebelah warung tahu grendeng, terdapat warung pecel milik seorang nenek yang tengah menyiapkan dagangannya, diiringi musik lembut. Percakapan para pembeli yang dipenuhi gosip dan candaan sukses mengundang tawa penonton.

Konflik mulai berkembang ketika seorang pemuda tampan yang tampak asing datang membeli pecel. Kehadirannya menimbulkan kecurigaan warga sekitar. Masalah muncul saat pemuda tersebut hendak membayar, namun ia tidak membawa uang. Sang nenek, yang merasa sudah beberapa kali tertipu, meminta jaminan. Warga pun ikut campur dan memaksa pemuda itu menyerahkan bajunya.

Situasi semakin rumit ketika seorang ibu berpenampilan mewah datang dan berniat membayarkan pecel tersebut. Namun warga menolak dan tetap menginginkan jaminan dari pemuda itu. Karena terus dikucilkan, ia akhirnya menyerahkan bajunya. Nenek merasa iba, terlebih setelah pemuda tersebut mengaku sebagai anak sebatang kara, sehingga bajunya pun dikembalikan.

Cerita berbalik saat seorang pria berambut panjang muncul dan mengungkap bahwa pemuda tersebut adalah seorang maling. Nenek pun menangis karena kembali merasa tertipu dan berniat berhenti berjualan. Pada bagian akhir cerita, pemuda itu kembali muncul membawa speaker curian milik ibu berpenampilan mewah, dikejar warga namun berhasil meloloskan diri. Alur cerita yang penuh kejutan ini membuat suasana semakin seru dan menghibur.

Penampilan para pemain terasa kuat berkat akting yang lucu, make up yang sesuai karakter, serta kostum yang mendukung peran termasuk karakter nenek yang dirias sangat meyakinkan, serta tokoh perempuan yang tampil dengan gaya seperti bapak-bapak. Unsur komedi dan visual ini menjadi daya tarik utama pada penampilan hari pertama.

Usai menyaksikan pementasan teater, penonton diarahkan untuk melihat pameran fotografi karya mahasiswa yang dipajang di sekitar gedung. Foto-foto bernuansa vintage tersebut menarik perhatian banyak pengunjung, yang terlihat antusias berfoto di area pameran.

Sebagai hari pembuka dari rangkaian tiga hari pentas Jagat Rasa, penampilan angkatan 2023  berhasil memberikan kesan yang kuat. Tidak hanya menghibur, pertunjukan ini juga menyampaikan potret kehidupan sosial dengan cara yang ringan, jenaka, dan penuh pesan, sekaligus menjadi awal yang menjanjikan bagi hari-hari pertunjukan selanjutnya.

Editor:

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *