Sumber : (Foto: akun @zhio.butto.pink.)
Dalam era kemajuan teknologi informasi yang pesat, media sosial khususnya TikTok, telah menjadi pusat penting dalam menggali, menyebarkan, dan memahami informasi. Generasi muda, yang semakin aktif di platform ini. Penyebaran informasi melalui konten viral yang menarik perhatian. Di seluruh dunia, dengan TikTok sebagai platform utama dalam beberapa tahun terakhir, saat TikTok menjadi bagian integral dari kehidupan digital. Konten viral dapat membentuk opini, perilaku, dan pola pikir masyarakat, mencerminkan struktur sosial yang lebih luas. TikTok mempengaruhi dinamika komunikasi masyarakat yang perlu dipahami melalui pendekatan sosiologi komunikasi. Penting untuk mengidentifikasi pola komunikasi, trend, dan elemen-elemen utama yang memicu konten tersebut. Selain itu, analisis terhadap partisipasi masyarakat dalam proses penyebaran informasi melalui konten viral di platform ini juga perlu dilakukan. Dimensi sosiologis yang terkait dengan fenomena penyebaran informasi di TikTok, termasuk peran struktur sosial, interaksi sosial, dan pembentukan opini dalam masyarakat yang lebih luas.
Di tengah perkembangan pesat era digital, penyebaran konten di media sosial seringkali menghadirkan dilema etika yang rumit. TikTok, yang menarik perhatian berbagai kelompok usia, tidak luput dari berbagai masalah etika terkait privasi, keamanan, dan dampak psikologis bagi penggunanya trend di platform TikTok berkembang dengan sangat cepat. para kreator saling bersaing untuk menghasilkan konten yang unik, kreatif, dan menarik perhatian. Selain membuat ide sendiri, pengguna aplikasi juga dapat berduet dengan kreator lain atau berpartisipasi dalam tantangan (challenge) dari konten-konten yang sedang viral, seperti tren “Jangan Ya Dek Ya”. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tren “Jangan Ya Dek Ya”? Mari kita simak penjelasannya berikut ini.
Trend “Jangan Ya Dek Ya” biasanya berupa video yang dimulai dengan serangkaian pertanyaan unik, kemudian diakhiri dengan kalimat “Jangan Ya Dek Ya.” trend ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang kreator bernama Zhio Butto Pink, yang membuat konten dengan mengajukan pertanyaan acak dan lucu kepada anak-anak sekolah. Ketika anak-anak itu tampak bingung, ia mengucapkan “jangan ya dek ya” dengan suara medok khasnya, menandakan bahwa pertanyaan tersebut hanya sebuah lelucon. Konten ini menjadi viral dan berhasil masuk ke dalam FYP (For You Page). Banyak netizen yang kemudian membuat konten serupa, termasuk selebriti dan publik figur seperti Arafah dan Fadil Jaidi yang turut meramaikan trend ini. Fadil terlihat mengerjari adiknya dengan pertanyaan-pertanyaan lucu dan acak, seperti, “Dek, pernah make-up in Tina Toon waktu kecil belum? Sudah pernah cukurin alis musang belum? Jangan ya dek ya,” yang hanya dijawab dengan tawa oleh sang adik.